Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita dari Kalimantan ke Dunia, Warga ke Klinik Kesehatan Bayar dengan Bibit Tanaman

Kompas.com - 01/11/2020, 06:26 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Klinik kesehatan di Kalimantan Barat yang menawarkan pengobatan dengan pembayaran bibit pohon untuk membantu mengurangi penebangan liar dan memerangi perubahan iklim, meraih penghargaan lingkungan dari PBB, Global Climate Action Award.

Nur Febriani, direktur Alam Sehat Lestari, organisasi yang mengorganisir klinik kesehatan yang meraih penghargaan dari PBB pada Selasa (27/10/2020) mengatakan "senang dapat membawa cerita dari Kalimantan ke dunia."

"Masalah lingkungan mungkin sudah cukup menjadi perhatian dunia. Namun secara spesifik kami ingin membawa pesan tentang fungsi hutan Kalimantan yang kita jaga bersama ini."

"Hutan Kalimantan yang sering disebut paru-paru dunia, setiap detiknya memberikan sumbangsih pada dunia... jika hutan Kalimantan ini hilang maka seluruh masyarakat dunia akan terkena dampaknya," kata Febriani.

Baca juga: Anak Perempuan Positif Covid-19 Bikin Video Tiktok, Gugus Tugas: Dia Jadi Inspirasi Pasien Lain

Studi baru yang dilakukan oleh Stanford University di Amerika Serikat menganalisa klinik kesehatan dengan pasien sekitar 120.000 orang ini, melalui kerja sama Alam Sehat Lestari dan organisasi yang bermarkas di Amerika Serikat Health in Harmony.

Dengan menggunakan gambar satelit dan catatan pasien dari 2009 sampai 2019, para peneliti mengaitkan program kesehatan itu dengan turunnya 70% deforestasi atau serupa dengan melindungi lebih dari 27 kilometer persegi hutan.

Baca juga: Mengenal Abah Landoeng Guru Asal Bandung, Sosok Inspirasi Lagu Oemar Bakri Ciptaan Musisi Iwan Fals

Capaian yang diraih klinik yang terletak tak jauh dari Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) di Kalimantan Barat ini disebut Febriani sebagai "pencapaian yang bukan hanya milik ASRI, tapi kerjasama yang baik antara ASRI dengan pemerintah dan masyarakatlah yang memungkinkan tercapainya dampak yang besar."

"Secara spesifik, dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, KLHK dan Balai Taman Nasional, serta Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan, dan masyarakat yagn tinggal di sekitar hutan tempat ASRI bekerja, telah memungkinkan pencapaian-pencapaian ini," tambahnya lagi.

Baca juga: Kesuksesan Ceko Jadi Inspirasi Pemkot Padang Melawan Virus Corona

Replikasi di Madagaskar dan Brasil

Warga menyiapkan bibit pohon, salah satu sarana pembayaran klinik kesehatan.ASRI Warga menyiapkan bibit pohon, salah satu sarana pembayaran klinik kesehatan.
Dampak langsung program ini, kata Febriari, dirasakan secara langsung oleh masyarakat di seputar TNGP.

"Menurut catatan kami diperkirakan sekitar 60.000 orang yang tinggal di dusun-dusun yang berbatasan langsung dengan TNGP- yang menikmati. Masyarakat di sekitar hutanlah yang pertama menikmati lewat jasa ekosistem seperti air yang bersih dan udara yang segar," kata Febriani kepada BBC News Indonesia.

"Begitu juga dengan layanan kesehatan yang disediakan oleh klinik ASRI yang memberikan diskon biaya berobat jika mereka datang dari dusun-dusun yang menjaga hutan dan opsi pembayaran non-tunai yang memungkinkan mereka untuk membayar biaya pengobatan dengan bibit, kerajinan, kotoran hewan, dan lain-lain," tambahnya.

Baca juga: Kisah Guru Honorer di Samarinda, 11 Tahun Jalan Kaki Susuri Hutan demi Mengajar

Skema yang diterapkan ASRI ini - melalui kerja sama dengan Health in Harmony - akan diterapkan di kawasan lain di Indonesia serta di Madagaskar dan Brasil.

"ASRI sangat terbuka untuk kemungkinan mereplikasi, di hutan-hutan yang bernilai konservasi tinggi, kita selalu melihat ada kaitan antara kesehatan dengan konservasi," kata Febriani.

Namun di luar itu, Febriani mengatakan telah menerapkan langkah yang sama di kawasan lain di Kalimantan Barat di sekitar Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya.

"Sejak akhir 2018, kami mulai menjalankan layanan kesehatan di sana, dan saat ini sedang mempersiapkan beberapa tempat pembibitan untuk menerima bibit dari pasien."

Baca juga: Kisah Andri, Makin Kreatif di Tengah Pandemi, 1 Bulan Ciptakan 500 Motif Batik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com