KOMPAS.com - Anggota DPR yang sekaligus menjadi YouTuber, Dedi Mulyadi mengatakan, setiap generasi pasti memberikan kontribusi bagi bangsa.
Kontribusi tersebut berbentuk karya nyata seperti penemuan, kewirausahaan dan juga dalam bidang keilmuwan.
Hal itu disampaikan Dedi untuk merespons pertanyaan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri terkait sumbangsih milenial terhadap bangsa dan negara.
Baca juga: Megawati: Apa Sumbangsih Generasi Milenial, Masa Cuma Demo?
Sebelumnya, Megawati mempertanyakan sumbangsih milenial terhadap bangsa dan negara. Ia melihat bahwa generasi milenial hanya bisa berunjuk rasa, seperti demonstrasi penolakan terhadap UU Cipta Kerja.
"Apa sumbangsih kalian terhadap bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja," kata Megawati.
Dedi mengatakan, bentuk kreativitas lain pada zaman teknologi digital dan internet itu adalah bidang otokritik dalam setiap episode zaman. Ia menilai, kreativitas dalam bentuk otokritik juga merupakan bagian dari kontribusi bangsa.
"Salah satu hal menarik pada zaman sekarang ini adalah model opsisi kreatif gaya Bintang Emon. Kalimatnya pendek, cukup mengena dan menjadi viral. Itu salah satu model oposisi kreatif," kata Dedi kepada Kompas.com via sambungan telepon, Jumat (30/10/2020).
Baca juga: Sindir Kasus Najwa Shihab, Dedi Mulyadi Dialog dengan Kursi Kosong, Videonya Viral
Dedi mengatakan, kritik dengan gaya kreatif model Bintang Emon itu patut diapresiasi. Terlepas setuju atau tidak atas isi dari konten itu.
"Kita patut apresiasi walaupun barangkali kita keberatan isinya, tapi dari sisi aspek dia (Bintang Emon) mengelola konten kita hargai," kata wakil ketua Komisi IV ini.
"Bisa jadi kita keberatan terhadap isinya karena tergantung posisi kita hari ini," lanjutnya.
Baca juga: Bintang Emon Diserang Setelah Kritik Kasus Novel, Komentar Istana, hingga Dukungan KPK dan DPR
Namun demikian, Dedi mengatakan bahwa konten otokritik via media sosial yang sering dibuat oleh para pegiat medsos seperti Bintang Emon itu harus diakui sebagai bentuk kreativitas dan menarik.
"Kita harus akui bahwa itu cara oposisi kreatif dari pegiat media sosial," kata budayawan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.