GORONTALO, KOMPAS.com – Mbo Gentong (61) membaca doa pada ari-ari bayi baru lahir yang telah dibersihkan dan dibungkus rapi, dan melepasnya di laut Torosiaje yang biru dan tenang ini.
Ombak tipis dan angin segar menyambut ari-ari bayi ini, melayang-layang dalam air sebelum arus membawanya mengelana ke samudera.
Bagi warga Bajau, melepas ari-ari di laut adalah tradisi yang diwarisi dari generasi ke generasi.
Semua prosesinya dilakukan melalui ritual yang dipimpin oleh seorang pangule berpengalaman.
Baca juga: Buah Manis Usaha Suku Bajau Jaga Hutan Bakau untuk Anak Cucu
Mbo Gentong adalah seorang pangule atau dukun bayi suku Bajau. Dia dikenal cekatan dan sabar dalam melakukan praktik sangkine (membantu persalinan) wanita suku Bajau yang mendiami pesisir selatan Kabupaten Pohuwato, Gorontalo.
Dari tangannya inilah sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah anak-anak Bajau yang lahir di tiga desa Bajau serumpun, Desa Torosiaje, Bumi Bahari dan Torosiaje Jaya.
Mbo Gentong bergembira persalinan Yusda, perempuan paruh baya suku Bajau dari Torosiaje Jaya berlangsung lancar. Sang ibu dan bayinya sehat.
Sejak awal kehamilan, keluarga Yusda memang menyerahkan penanganan perawatannya kepada pangule Mbo Gentong.
Mbo gentong sejak lama mendapat kepercayaan masyarakatnya untuk menangani perawatan ibu hamil hingga proses persalinan.
Di kawasan Bajau Serumpun yang dihuni suku Bajau ini adat kebiasaan masyarakat masih sangat kental.
Baca juga: Sengkang dan Cerita Kelihaian Berenang Suku Bajau
Mbo Gentong masih ingat menjelang persalinan Yusda. Dia dijemput di rumahnya oleh beberapa orang keluarga Yusda yang menggunakan perahu untuk membantu persalinan.
Yusda dan juga keluarganya merasa nyaman persalinan ini ditangani mbok Gentong.
Hingga akhirnya Yusda melahirkan bayi mungil. Mbo Gentong pun merasa gembira menyambut kehadiran bayi Bajau yang akan membawa kebaikan bagi masyarakatnya. Doa-doa pun dilantunkan untuk kebaikan masa depannya.
“Saya belajar membantu persalinan bayi dari pangule-pangule sebelumnya,” kata Mbok Gentong mengawali pembicaraan yang ditemani Rena Pasandre tetangganya di rumah panggung yang dibuat dari kayu yang berada di atas permukaan laut, awal Oktober 2020.