KILAS DAERAH

Kilas Daerah Jawa Tengah

15 Kabupaten di Jateng Jadi Sasaran Tempat Pembangunan Rumah Tahan Gempa

Kompas.com - 23/10/2020, 18:01 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Arief Djatmiko mengatakan, pihaknya akan membangun Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin).

Ruspin adalah teknologi konstruksi bangunan modern yang kali ini digunakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah untuk membangun rumah tahan gempa pada 2020.

Arief menjelaskan, Ruspin memiliki dua sistem pengerjaan, yaitu Ruspin Pembangunan Baru Mandiri untuk warga miskin yang kekurangan rumah dan Ruspin Pembangunan Baru Terdampak Bencana untuk daerah rawan bencana.

“Ruspin Pembangunan Baru Mandiri untuk warga miskin dibangun di 15 kabupaten,” katanya saat ditemui di ruang kerjanya di Jalan Madukoro, Kota Semarang, Senin (19/10/2020).

Kabupaten-kabupaten tersebut, di antaranya Purworejo, Wonosobo, Banjarnegara, Pemalang, Brebes, Blora, Rembang, Klaten, Sragen, Temanggung, Demak, Pati, Jepara, Kebumen, dan Grobogan.

Baca juga: Kendalikan Inflasi Lewat Pendataan Digital, Pemprov Jateng Raih Penghargaan TPID

Dia menuturkan, untuk pengerjaannya saat ini sudah ada yang selesai, seperti di Kabuapten Blora. Untuk kabupaten lainnya sedang dalam proses pembangunan.

Arief menjelaskan, untuk pengerjaan Ruspin di daerah rawan bencana baru dilakukan di Kabupaten Purworejo dengan jumlah 11 unit rumah.

Saat ini, untuk pengerjaan di Purworejo berada di daerah rawan bencana, ada yang bangunannya sudah berdiri dan ada yang sedang dalam proses pengerjaan.

Total rumah yang dibangun sebanyak 250 unit rumah. Rumah tersebut memiliki spesifikasi bangunan tahan gempa. Ruspin didesain sebagai bangunan yang tahan gempa hingga kekuatan 9 skala richter (SR).

Hal ini berdasarkan pada teknologi dari Pusat Penelitian Pengembangan Permukiman (Puslitbangkim) yang menyatakan bangunan Ruspin bisa tahan gempa berkekuatan 9 SR.

Baca juga: Pemprov Jateng Bantu Sambungan Listrik Gratis Senilai Rp 16,3 Miliar untuk 15.000 Rumah

"Ruspin memang didesain tahan gempa. Bahkan hingga skala richter (SR) 9 masih kuat," kata Arief seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Program ini merupakan salah satu program Pemprov Jateng untuk mengurangi backlog rumah di Jateng. Backlog adalah selisih antara jumlah kebutuhan hunian dengan jumlah ketersediaan hunian yang ada.

Arief menyebut, program ini diarahkan pada dua hal. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan rumah. Kedua, untuk memanfaatkan teknologi Ruspin pada kawasan bencana.

Secara teknis, Ruspin ini merupakan produk Puslitbangkim Pekerjaan Umum yang baru saja diluncurkan. Pihaknya memilih Ruspin karena memiliki kepraktisan dan bisa dilakukan masyarakat secara umum.

"Program ini baru saja di-launching di Jawa Tengah tahun 2020 ini," ujarnya.

Rumah untuk warga miskin

Lebih lanjut, Arief menuturkan, program Ruspin ini di Jateng diperuntukan bagi warga miskin karena ingin memenuhi kebutuhan rumah warga.

Secara teknis, rumah ini mudah dikerjakan sehingga tidak membutuhkan peralatan rumit. Dalam pengerjaannya, hanya alat sederhana yang diperlukan serta masyarakat miskin bisa mengerjakannya secara gotong-royong (komunitas) maupun sendiri.

Sementara itu, untuk mekanisme perakitannya, Disperakim telah memberikan pelatihan terlebih dulu kepada penerima manfaat.

Arief juga membeberkan, teknologi Ruspin ini terdiri dari dua komponen, yaitu komponen pembentuk kolom dan komponen penguat tegakan alur.

Baca juga: Ganjar Pranowo soal Bioskop Kembali Dibuka: Kalau Belum Siap Jangan

Saat dirakit, lanjutnya, pembangunan bisa memakan waktu tiga hari dengan tiga orang tukang untuk pengerjaan bagian struktur bangunan.

Begitu selesai, barulah dilakukan pembangunan lanjutan, baik berupa atap, dinding dan lantai.

"Secara keseluruhan membutuhkan waktu tiga sampai empat minggu saja (waktu pengerjaan)," jelasnya.

Arief menambahkan, untuk pengerjaan pihaknya terus melakukan pendampingan supaya kualitasnya tetap terjaga, termasuk untuk bangunan Ruspin di titik bencana.

Pihaknya berharap, ke depan Ruspin tidak hanya dibangun pemprov tapi juga komunitas di masyarakat yang peduli dengan masalah rumah.

Baca juga: 7 Daerah di Jateng Masih Zona Merah, Ganjar Terjunkan Tim Pendampingan

Disperakim Jateng membangun 250 bangunan rumah tahan gempa yang disebut Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) di 15 kabupaten, pada tahun ini.
DOK. Humas Pemprov Jateng Disperakim Jateng membangun 250 bangunan rumah tahan gempa yang disebut Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) di 15 kabupaten, pada tahun ini.

Kisah penerima manfaat di titik bencana

Sementara itu, penerima manfaat Ruspin menyambut gembira dengan peluncuran program. Salah satunya adalah yang terdampak bencana tanah bergerak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

Kegembiraan mereka beralasan, yakni tak lagi khawatir akan dampak tanah bergerak usai mendapat bantuan rumah tahan gempa dari Pemprov Jateng. Hal itu sesuai dengan Jateng Gayeng Bangun Omah Bareng.

Salah satu manfaat dari Desa Donorejo Wagiman (58) menceritakan kondisinya yang berada di titik terjadinya beberapa kali bencana tanah bergerak.

Dia menuturkan, sejumlah rumah masih dibiarkan rusak akibat dampak bencana. Ada juga warga yang bersiap menempati Ruspin.

Baca juga: Ganjar Sebut Klaster Pesantren Penyumbang Kasus Covid-19 Tertinggi di Jateng

Untuk itu, Wagiman pun amat bersyukur ketika mendapat bantuan. Saat ditemui di rumahnya, Wagiman tak henti-hentinya sibuk membersihkan bangunan Ruspin.

Tampak, rumah barunya telah berdiri. Dia bersama cucu laki-lakinya, membersihkan sampai merapikan bangunan. Senyumnya semringah.

Rumah yang baru berdiri itu, tengah disiapkannya agar bisa ditinggali bersama anggota keluarga lain. Sebab, rumah lamanya yang berjarak sekitar 300 meter, tak lagi aman.

Ini karena sewaktu-waktu tanah bergerak berpotensi kembali terjadi, khususnya, saat hujan lebat.

Dampak bencana tanah bergerak telah membuat bangunan rumah lamanya rusak. Seperti kerusakan pada dinding, lantai retak, serta bangunan kamar mandinya miring.

Baca juga: Siswa Kelas Virtual di Jateng Masih Bisa Nyambi Kerja

"Senang sekali. Pokoknya gembira sekali. Tinggal di atas (rumah lama) kena bencana dari tahun 2013, terus 2017, itu kena bencana tanah bergerak. Jadi saya takut sekali. Soalnya nanti, tahu-tahu rumah saya ambruk," katanya ditemui di rumahnya yang baru, Kamis (22/10/2020).

Wagiman bercerita, jauh sebelum mendapatkan rumah bantuan, dia sudah berupaya keras mencari lahan aman.

Ini karena agar dapat mendirikan rumah darurat berbahan kayu, yang nantinya akan menjadi tempat tinggal. Namun belum sempat ditempati, dia malah mendapatkan bantuan rumah.

"Alhamdulillah dapat dari pak Gubernur rumah Ruspin ini. Saya senang sekali lah," ucapnya haru.

Wagiman mengaku ikhlas meninggalkan rumah lamanya dan tinggal di Ruspin. Dia berharap rumah barunya akan aman ditempati.

Baca juga: Nakes dan Petugas Lapangan Jadi Prioritas Pemberian Vaksin Covid-19 di Jateng

Ada banyak kenangan di rumah lamanya. Seperti saat tanah bergerak terjadi. Dia menuturkan, tanah retak terjadi begitu saja.

Dengan seketika, sejumlah bagian dinding rumahnya retak. Ketika itu, keluarga merasa khawatir tertimpa bangunan. Dalam kondisi kalut, mereka bertahan sambil mencari tanah yang aman.

Kejadian itu pun kini sudah berlalu. Kini, dia siap menempati rumah baru. Oleh sebab itu, pria yang kesehariannya menjadi pemetik kelapa menatanya.

Saat ini, Wagiman sedang menunggu rumahnya supaya tersambung aliran listrik. Untuk sementara, dia tinggal di rumah lama sampai rumah barunya siap huni.

Meski dia menyadari jika ancaman tanah retak masih terjadi. Tapi dia sudah siap berlari ke rumah barunya.

Baca juga: Muncul Klaster Sekolah, Pemprov Jateng Diminta Setop KBM Tatap Muka

"Terima kasih pak gubernur rumah Ruspinnya. Mudah-mudahan ditempati saya, aman," harapnya.

Sambutan penerima manfaat

Warga terdampak tanah bergerak lainnya, Karno Wiyono (85) juga menceritakan dirinya sudah meninggalkan rumah lamanya berkat bantuan program Ruspin.

Sebab, selain tanah bergerak berdampak pada keretakan parah bangunan,sehingga rumah lamanya sudah tak lagi aman dihuni.

"Bangunan (rumah lama) sampun (sudah) retak-retak," kata Karno yang mendirikan Ruspin di dekat hutan pinus di Desa Donorejo saat ditemui di rumah baru.

Baca juga: Ruspin, Teknik Cerdas Konstruksi Bangunan Buatan Anak Negeri

Rasa bersyukur juga tak henti-hentinya terucap dari mulut penerima manfaat lain di Kabupaten tetangga Wonosobo, Budi Setyanto (29).

Warga Desa Reco, Kecamatan Kertek ini merasa bersyukur atas bantuan rumah itu. Sebab semula, dia bersama keluarga tinggal di rumah bekas kandang sapi.

Tanah milik desa. Kandang sapi tadinya, saya buat rumah, saya tinggali bersama anak dan istri,” kata Budi ditemui sedang membagun Ruspin bersama rekannya.

Warga Desa Reco lainnya, Triyono (50) akhirnya juga bisa memiliki rumah sendiri. Setelah lama dirinya bersama keluarga tinggal di rumah orang tua.

Kini, Ruspinnya telah berdiri. Hanya menyisakan penyempurnaan seperti di bagian lantai, atap, listrik, dan lainnya.

Baca juga: Penertiban Rumah di Bantaran Kali Seharusnya Tak Pandang Bulu

Sementara itu, Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Ruspin Desa Donorejo, Ardian Pratikto menambahkan di desanya ada 11 unit bantuan Ruspin.

Sebab, kesebelas rumah warga itu mengalami kerusakan akibat tanah bergerak. Ada yang rusak parah, dan ada yang sekadar retak-retak.

"Tanahnya sudah longsor. Retak-retak. Sebagian (warga) sudah pindah dan sebagian masih ditempati. Kalau hujan deras, mereka evakuasi di lokasi yang aman seperti musala, atau ke rumah (Ruspin) yang sudah dibangun," katanya di lokasi.

Adapun, penerima manfaat Ruspin tidak hanya mereka para warga terdampak tanah bergerak, tapi juga mereka kalangan miskin.

Baca juga: Joget di Hajatan Tanpa Pakai Masker, Bupati Blora Disindir Ganjar

Satu di antaranya adalah Komarudin (55) warga Kelurahan Sucenjuru Tengah, Kecamatan Bayan, Purworejo.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com