Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Kekerasan Saat Meliput Demo, Jurnalis di Malang Gelar Aksi Diam di Antara Manekin

Kompas.com - 19/10/2020, 14:35 WIB
Andi Hartik,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah jurnalis yang tergabung dalam Solidaritas Jurnalis Malang Raya Antikekerasan melakukan aksi diam di Bundaran Tugu, Kota Malang, Senin (19/10/2020).

Mereka memprotes kekerasan yang diduga dilakukan polisi kepada jurnalis yang meliput demonstrasi penolakan Undang-Undang Cipta Kerja di depan DPRD Kota Malang, Kamis (8/10/2020).

Baca juga: Subsidi Gaji Gelombang Kedua, Menaker: Mudah-mudahan Sebelum November Kita Bisa Transfer...

Dalam aksi itu, sejumlah jurnalis berdiri sembari memegang poster bernada protes. Mereka diam di antara tiga manekin yang dibalut kain serta ditempeli poster yang juga bernada protes.

Sepintas, manekin itu seperti peserta aksi yang ikut berdemonstrasi atas kekerasan yang dialami jurnalis.

Aksi berlangsung dengan standar protokol kesehatan Covid-19. Para jurnalis peserta aksi memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Jubir Solidaritas Jurnalis Malang Raya Anti Kekerasan, Zainul Arifin mengatakan, pihaknya sengaja menghadirkan manekin di tengah aksi sebagai simbol bahwa jurnalis bukan seperti patung yang hanya berdiam diri.

"Manekin ini sebagai simbol bahwa profesi jurnalis bukan seperti patung yang hanya diam kaku. Tidak bisa menyuruh jurnalis untuk diam kayak manekin. Jurnalis itu memotret peristiwa, tidak bisa disuruh diam," katanya.

Di sisi lain, Zainul yang merupakan Sekretaris Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang meminta jurnalis tidak diam jika mengalami kekerasan dalam peliputan.

"Teman-teman tidak boleh diam kayak patung kalau mengalami kekerasan. Dia harus speak up, berani protes tentang hak-haknya," katanya.

Zainul mengatakan, sedikitnya ada 15 jurnalis yang diduga menjadi korban kekerasan dalam demonstrasi kemarin. Sebagian mengalami kekerasan fisik seperti pukulan dan penghapusan paksa gambar.

Sisanya mengalami kekerasan verbal dan dihalangi mengambil gambar.

"Kami memprotes keras tindakan represif ataupun perlakuan oleh pihak kepolisian yang bertindak brutal saat aksi unjuk rasa Omnibus Law pada pekan kemarin, termasuk kepada jurnalis yang sedang melakukan kerja-kerja jurnalistik," katanya.

Zainul menilai, kekerasan oleh aparat kepolisian dalam aksi yang berujung ricuh itu melanggar Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers.

Koordinator lapangan (Korlap) aksi diam Solidaritas Jurnalis Malang Raya Antikekerasan, Adhitya Hendra meminta polisi memahami dan menghargai kerja jurnalis. Sehingga tidak memicu terjadinya kekerasan dan intimidasi.

"Intinya dari pihak kepolisian yang menjaga aksi demo jangan sampai ada perlakuan intimidasi atau pelarangan terhadap kerja jurnalistik," katanya.

Tidak hanya itu, Ketua Divisi Advokasi Pewarta Foto Indonesia (PFI) Malang itu meminta jurnalis supaya menjaga keselamatan. Terutama saat meliput aksi massa yang berujung ricuh.

"Bagi teman-teman media seharusnya memahami tugasnya sendiri. Harus safety, harus memahami posisi saat melaksanakan kerja jurnalistik. Dan perusahaan media juga harus membekali alat kelengkapan kerja jurnalistik bagi jurnalisnya," katanya.

Baca juga: Fakta Lengkap Pelajar SMK Nikahi 2 Gadis Dalam Sebulan, Tanggapan Istri Pertama dan Harapan Orangtua

Lalu Theo Hidayat, salah satu jurnalis di Malang berharap, protes terhadap aksi kekerasan itu dapat mencegah kekerasan yang berpotensi terjadi di masa mendatang.

"Karena ini kekerasan berulang-ulang, tidak menutup kemungkinan ini akan terjadi lagi. Maka kami memprotes keras tindak kekerasan itu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com