RAJAKA, KOMPAS.com - Ishak Habba Lewa (39) sesekali merapikan buah pare di lahan miliknya di Desa Rajaka, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ada juga terong ungu, cabai rawit, kacang panjang, mentimun, dan buncis di lokasi itu. Tampak sejumlah tanaman tersebut sudah siap untuk dipanen.
Ishak mengisahkan, awalnya lokasi tersebut merupakan lahan kering. Kemudian ia mengolah dan membudidayakan tanaman palawija di lahan itu pada Agustus 2019.
Ia mendapatkan keuntungan puluhan juta rupiah dari hasil panen pada Desember 2019 dan April 2020.
Baca juga: Ini Perubahan yang Dilakukan Seniman di Masa Pandemi
Sementara itu, omzet Rp 15 juta ia raup saat panen di masa pandemi Covid-19 pada Agustus 2020.
"Ada Rp 10 juta, itu sekitar 500 pohon saja. Itu khusus pare. Kalau yang terong itu Rp 5 juta," kata Ishak kepada Kompas.com di Wedimu, Jumat (16/10/2020) sore.
Ishak memilih pare dan terong ungu karena usia kedua tanaman tersebut hanya 50 hari. Hal itu terhitung sejak ditanam hingga panen.
Ada pun uang hasil jualan tersebut digunakan untuk biaya perkuliahan anak sulungnya dan keperluan keluarga.
Ia mengatakan, uang gaji dan tunjangannya sebagai bendahara desa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Apalagi gaji tersebut diterima sekali dalam 4 hingga 5 bulan.
"Kan kalau harap di desa saja, empat bulan, lima bulan baru terima honor. Jadi kita kerja bertani begini," ujar Ishak.
Ia memprediksi akan meraup keuntungan sebesar Rp 35 juta dalam panen kali ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.