Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/10/2020, 15:05 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Beberapa petani di Desa Kasreman, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur masih memilih menggunakan jebakan tikus yang dialiri listrik untuk membasmi hama tikus di wilayahnya.

Saat malam hari, lampu di sudut perbatasan petak sawah akan menyala sebagai pertanda jika di sawah tersebut ada jebakan tikus yang dialiri listrik.

Sugito salah satu petani di desa tersebut mengaku cara tersebut paling efektif untuk mengurangi jumlah tikus yang memakan padi.

Baca juga: 4 Nyawa Hilang gara-gara Jebakan Tikus di Ladang

Setengah meter dari pinggir sawah, petani akan meletakkan kawat yang membentang sepanjang petak sawah yang diikat dengan batang bambu seukuran jempol orang dewasa.

Bambu tersebut ditanam di antara tanaman padi.

Bentangan kawat tersebut kemudian dialiri listrik dari PLN ataupun dari mesin diesel warga. Sebagai penanda kawat tersebut dialiri listrik adalah lampu di sudut sawah akan menyala.

Sugito mengatakan tikus dipastikan tidak akan selamat jika melewati kawat beraliran listrik tersebut karena akan mati tersengat.

Ia bercerita tidak tahu pasti siapa yang pertama kali merangkai bentangan kawat dialiri listrik tersebut.

Baca juga: 24 Nyawa Melayang karena Jebakan Tikus Beraliran Listrik, Mengapa Masih Digunakan?

Dari mulut ke mulut, warga kemudian membuat cara serupa yang dinilai efektif untuk membasmi hama tikus yang beberapa tahun menyerang padi meraka.

“Tahunya dari petani lain, getok tular. Satu malam bisa puluhan sampai ratusan tikus bisa mati. Tapi kalau sudah agak lama pasangnya, biasanya jumlah tikus yang mati akan menurun,” ujar Sugito, Minggu (11/10/2020).

Ia mengakui jika jebakan tikus beraliran listrik sanga berbahaya. Dari catatan kepolisian, sejak awal tahun hingga September 2020, 24 korban tewas karena tersengat listrik jebatan listrik.

Baca juga: Detik-detik Satu Keluarga Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus, Warga Sempat Mendengar Teriakan Korban

Namun ia berdalih cara itu paling efektif untuk membasmi tikus.

Para petani sempat mendapatkan bantuan racun tikus dari Dinas Pertanian Kabupaten Ngawi. Namun cara tersebut tidak efektif mengurangi hama tikus.

“Bantuan semacam racun seperti makanan tikus tidak efektif. Tikus tidak mau makan racun itu. Masih efektif jebakan pakai listrik,” ujar dia.

Baca juga: Suami, Istri, dan 2 Anaknya Tewas Tersengat Listrik Jebakan Tikus di Ladang Cabai

Cara gropyok, satu tikus dihargai Rp 2.000

Jebakan tikus beraliran listrik sangat berbahaya, namun para petani di Kabupaten Ngawi nekat menggunakan cara berbahaya tersebut karena cukup efektif membunuh tikus. Petani berharap ada inovasi alat memberantas hama yang efektif untuk membasmi tikus.KOMPAS.COM/SUKOCO Jebakan tikus beraliran listrik sangat berbahaya, namun para petani di Kabupaten Ngawi nekat menggunakan cara berbahaya tersebut karena cukup efektif membunuh tikus. Petani berharap ada inovasi alat memberantas hama yang efektif untuk membasmi tikus.
Selain jebakan listrik, petani menggunakan cara lain untuk memberantas hama tikus yakni dengan gropyok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com