Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tubuhnya Kaku 25 Tahun, Tepu Hanya Bisa Berguling ke Lubang jika Ingin Mandi dan Buang Air

Kompas.com - 01/10/2020, 12:29 WIB
Khairina

Editor

KOMPAS.com - Tepu (40), warga Lingkungan Kampung Nipa, Kelurahan Bentengnge, Kecamatan Ujung Bulu, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, hanya bisa terbaring di kasur selama hampir 25 tahun terakhir.

Tepu kesulitan beraktivitas. Sekadar membalikkan badannya juga begitu sulit. Bagian perut hingga ke ujung jari-jari kaki kaku seperti kayu. Bahkan, paha dan betis mengecil, yang menonjol hanya tulang.

Tepu tinggal bersama ibundanya Manna (80), yang lumpuh akibat jatuh dari motor. Keduanya tinggal di gubuk kecil berdinding seng. Jika ingin mandi dan buang air besar Tepu berguling ke lubang tepat di dalam kamar.

Baca juga: Kisah Tepu, Selama 25 Tahun Tubuhnya Kaku Seperti Kayu, Tinggal di Gubuk Bersama Ibu yang Renta

Saat didatangi Kompas.com, Selasa (29/9/2020), Tepu hanya terbaring lemah di atas kasur merah, tubuhnya hanya ditutupi sarung warna coklat. Sementara Manna duduk di dekatnya.

Derita Tepu berawal ketika ia berusia 15 tahun. Kala itu dirinya menemani orang tua di kebun, tepatnya di Kabupaten Jeneponto.

"Waktu itu saya pergi kencing di bawah pohon kayu, dan beberapa hari kemudian tubuh saya kaku tidak bisa digerakkan sampai sekarang," kata Tepu.

Baca juga: Demi Hidupi 4 Adiknya, Gadis Yatim Piatu Jadi Penggembala Sapi dan Pungut Kelapa

Tepu menceritakan, selama sakit, ia tidak pernah berobat karena kendala dengan biaya.

Setiap hari, Tepu dan Manna hanya bergantung kepada menantu Manna, Saiyya (45), mulai dari memberi makan hingga membersihkan mencucikan pakaian.

Saiyya adalah istri Kulle, anak Manna.

Saiyya mengatakan, selama tujuh tahun hanya bekerja sebagai buruh tukang cuci keliling, dia hanya digaji Rp 35.000 per bulan.

Sesekali dirinya pergi membantu panen rumput laut, upah yang diterima hanya Rp 15.000.

Uang itulah digunakan Saiyya untuk memenuhi kebutuhan sehari -hari.

Namun, pada tahun 2018, Saiyya berhenti jadi buruh cuci keliling karena tangannya gatal dan membengkak.

Jika tak ada beras, mereka terpaksa puasa, apalagi tetangga rumahnya tak ada yang peduli.

Saiyya mengaku pernah dapat bantuan beras dari pemerintah, tetapi itu hanya sekali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com