Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov Jabar Klaim Pencemaran di Sungai Citarum Mulai Berkurang

Kompas.com - 29/09/2020, 15:19 WIB
Dendi Ramdhani,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengklaim tingkat pencemaran air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum mulai menurun.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Prima Mayaningtias mengatakan, perbaikan tersebut salah satunya tercermin dari sejumlah parameter kualitas air yang telah memenuhi baku mutu sesuai standar yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

"Hal ini menunjukan adanya perbaikan yang sangat berarti. Dalam beberapa parameter telah memenuhi baku mutu, dalam arti sudah sesuai ketentuan. Walaupun masih ada pencemaran, kondisi saat ini sudah masuk ke dalam cemar ringan," ujar Prima di Bandung, Selasa (29/9/2020).

Baca juga: DLHK Karawang: Penyebab Sungai Citarum Menghitam dan Berbau Bukan karena Limbah

Prima menuturkan, parameter chemical oxygen demand (COD) yang menunjukan angka pencemaran industri menunjukan adanya penurunan yang cukup signifikan pada 2020, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Hal ini tercermin dari data yang didapat di sejumlah daerah lintasan Sungai Citarum kawasan industri seperti Cisirung dan Nanjung di Kabupaten Bandung.

"COD tahun ini jauh menurun, nilainya sudah tidak jauh berbeda dari standar baku mutu," kata Prima.

Hal serupa juga terjadi di level pencemaran yang dihasilkan oleh limbah domestik atau biological oxygen demand (BOD).

Baca juga: Ikan-ikan Mati di Sungai Citarum, Ini Dugaan Penyebabnya

Data DLH Jabar menunjukan adanya penurunan pencemaran Sungai Citarum dari limbah domestik dari 2019 ke 2020.

Selain itu, tingkat erosi juga mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun lalu.

Hal ini terukur dalam total suspended solid (TSS).

"TSS tahun ini turun banget dibanding tahun lalu, karena penanganan di atas (hulu sungai) juga cukup efektif. Mulai dari penataan infrastruktur, kegiatan pengerukan sedimen hingga terasering di pinggir kiri, kanan sungai," kata dia.

Meski demikian, Prima mengingatkan adanya kondisi yang masih harus dibenahi, yakni terkait pencemaran air sungai akibat limbah feses.

Limbah ini diperoleh dari limbah kotoran hewan maupun manusia.

"Yang masih cukup tinggi adalah total bakteri E.coli yang berasal dari limbah hewan ternak dan manusia. Angkanya menurun bila dibandingkan dengan sebelum 2020, tapi masih relatif tinggi. Hal ini menunjukan sanitasi masih harus menjadi perhatian," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com