Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Sekolah, Siswa SMK Kerja Serabutan, Tinggal di Rumah Kayu, dan Hanya Makan Ubi

Kompas.com - 18/09/2020, 06:45 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Nelson Nilmuseda (19), siswa kelas XII Jurusan Pertanian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) I Seimanggaris, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara menjadi sosok inspiratif bagi para pelajar lain di sekolah tersebut.

Sosok yatim yang telah ditinggalkan ayahnya sejak usia 13 tahun ini rela hidup terpisah dari ibu dan adiknya demi mengenyam pendidikan.

Dia bercita cita masuk perguruan tinggi dan ingin mengangkat derajat keluarganya dari keterpurukan.

"Mamakku kerja di perusahaan sawit, kumpul kernel sama adikku, saya pilih terpisah dari mamak karena ingin sekolah tinggi,’’ujarnya melalui sambungan telepon seluler, Kamis (17/9/2020).

Baca juga: Perjuangan Bocah Bukit Menoreh, Lewati Hutan dan Kebun Demi Ujian Tengah Semester

Pekerjaan ibunya dirasa sudah sulit sehingga Nelson berusaha sebisa mungkin tidak mau menjadi beban ibunya. Dalam sekarung kernel yang didapat, ibunya hanya diupah Rp 5000.

Tentu saja penghasilan tersebut terbilang kecil dibanding tenaga yang dikeluarkan sebagai buruh pemungut biji sawit.

Nelson selalu mengingat harapan ibunya agar anaknya bisa sekolah dan sukses. Semangat inilah yang menguatkan Nelson untuk bisa sekolah, apapun kondisi dan keadaannya saat ini.

‘’Semua anak pasti ingin bahagiakan ibu, setidaknya saya harus terus sekolah setinggi mungkin,’’katanya.

Untuk mewujudkan harapannya, setelah lulus SMP, Nelson memutuskan tinggal terpisah dari ibu dan adiknya karena jarak yang cukup jauh ke sekolah SMK.

Awalnya, Nelson menumpang di rumah teman, namun karena rumah tersebut sering menjadi tempat berkumpulnya keluarga besar temannya, ia memilih pindah dan menempati rumah kayu eks transmigran dengan membayar sewa Rp 100.000 per bulannya.

Jarak rumah sewa dengan sekolah sekitar 1 kilometer. Dia harus bangun pagi-pagi dan melewati jalan pintas di tengah hutan sawit agar bisa tepat waktu sampai di sekolah.

"Sering saya jumpa ular kobra hitam, memang kalau hutan sawit tempat banyak binatang berbisa, tapi itu bukan halangan bagi saya,’’katanya lagi.

Anak yang bercita cita sebagai atlet voli ini menuturkan, ia bekerja serabutan untuk bertahan hidup, terkadang ia menawarkan diri mengangkut kayu, atau kerja di kebun orang asal dapat upah dan sekedar bisa makan.

"Dulu sering tidak makan, awal-awal sekolah, tapi itu sudah biasa, toh banyak ubi atau daun sayur yang bisa dimakan,"lanjutnya.

Sebagai anak sulung, Nelson bertekad ia harus menjadi tangguh, jangan sampai keterbatasannya mengalahkan semangatnya untuk terus sekolah. Apalagi, membuat tekadnya bersekolah tinggi putus di tengah jalan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com