SALATIGA, KOMPAS.com - Wabah Covid-19 sudah enam bulan memasuki Indonesia. Di Kota Salatiga, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 pertama ditemukan pada 30 Maret 2020.
Hingga 31 Agustus 2020, total ada 157 pasien positif Covid-19 di Salatiga dengan rincian 27 orang dirawat, 127 orang dinyatakan sembuh, dan tiga orang meninggal dunia.
Wali Kota Salatiga Yuliyanto mengatakan wabah ini merupakan sesuatu hal baru dan era berbeda.
"Dulu aktivitas bisa bebas, tapi sekarang segala sesuatunya harus sesuai protokol kesehatan," ujarnya di Rumah Dinas Wali Kota Salatiga, Selasa (1/9/2020).
Baca juga: Salatiga Siapkan Sarana Pendukung Pembelajaran Tatap Muka
Yuliyanto menilai, karena adanya protokol kesehatan itu, ada tantangan berat bagi pemerintah.
"Beratnya itu adalah masih ada masyarakat yang tidak percaya, karena kan Covid-19 ini tidak kelihatan. Tapi buktinya ada masyarakat yang terpapar. Bagi masyarakat yang belum paham kita edukasi, sosialisasi dari Pemkot hingga RT. Tokoh masyarakat, tokoh agama dilibatkan," kata Yuliyanto.
Sedari awal, karena ada pembatasan aktivitas, Yuliyanto merasa khawatir dengan kondisi perekonomian warga.
"Kalau semua dibatasi, distribusi terhambat, kan efeknya ke ekonomi. Akhirnya kita ambil keputusan, tidak akan menutup pasar. Tapi terapkan protokol kesehatan di pasar, yakni pedagang berjarak, pembeli dan penjual wajib masker dan face shield," ungkap Yuliyanto.
Baca juga: Tiga Tahanan di Polres Salatiga Terkonfirmasi Positif Covid-19
Selain pasar, Yuliyanto juga menegaskan bahwa pembangunan juga tidak berhenti.
Malah beberapa proyek pengerjaan dijadikan padat karya bagi pekerja yang dirumahkan atau terkena PHK akibat dampak Covid-19.
"Kita juga mengadakan program Guyub RW Penanganan Covid-19, tiap RW di Salatiga mendapat alokasi dana Rp 15 juta," jelas Yuliyanto.