Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Semburan Lumpur di Blora, Ahli Sebut Fenomena Alam

Kompas.com - 31/08/2020, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Semburan lumpur bercampur gas di kawasan Kesongo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, merupakan fenomena lumpur gunung api atau mud volcano, kata dua orang ahli geologi.

Mengapa fenomena gunung api lumpur di Kesongo, Blora, pada Kamis (27/8/2020), disebut sebagai fenomena alam dan bukan akibat eksplorasi minyak?

Apa bedanya dengan semburan lumpur di Sidoarjo? Dan mengapa volume letupan terkadang besar dan sesekali kecil?

Apakah kemunculan gas dari setiap terjadi lumpur gunung api berbahaya bagi manusia dan hewan?

Berikut rangkuman dari hasil wawancara wartawan untuk BBC News Indonesia, dengan dua ahli geologi dari Universitas Diponegoro, Semarang, Tri Winarno, dan Angga Jati Widiatama dari program studi teknik geologi Institut Teknologi Sumatera, Lampung.

Baca juga: Lokasi Bekas Semburan Lumpur di Blora Jadi Ajang Swafoto, Ini Kata Polisi

Mengapa disebut lumpur gunung api?

Suasana di dekat lokasi semburan mud volcano di area Kesongo, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora, Jumat (28/08).twitter.com/Jateng_Twit Suasana di dekat lokasi semburan mud volcano di area Kesongo, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora, Jumat (28/08).
Ahli geologi dari Universitas Diponegoro, Semarang, Tri Winarno mengatakan, semburan lumpur bercampur gas di kawasan hutan Kesongo alias oro-oro Kesongo di Desa Gabusan, Kabupaten Blora, Jateng, Kamis (27/8/2020) sebagai fenomena gunung api lumpur atau mud volcano.

"Untuk bisa menjadi mud volcano harus ada pemicunya. Biasanya pemicunya [faktor] panas, yaitu sumber panas di bawah permukaan bumi," kata Tri Winarno BBC Indonesia pada Jumat (28/8/2020).

Menurutnya, sumber panas itu bisa macam-macam, tapi biasanya "[berupa] magma, karena ada pemanasan di bawah permukaan bumi."

Baca juga: Terkait Semburan Lumpur Panas Kesongo di Blora, Ini 6 Saran Ahli LIPI

Dia menganalisa gunung api lumpur itu bisa juga terjadi karena faktor lumpur yang jenuh dan ada faktor tekanan yang tinggi. "Sehingga akan muncul ke permukaan, apalagi di dorong [faktor] panas dari bawah."

Fenomena mud volcano di Kabupaten Blora ini, tidak terlepas dari faktor bahwa pulau Jawa merupakan bagian dari jalur gunung api yang sangat aktif (ring of fire).

"Nah kita bayangkan, kalau misalnya lumpur yang sudah penuh air, dan kalau ada panas di bawahnya, lalu mendidih, [maka] otomatis akan meledak," paparnya.

"Apalagi kalau didukung adanya jalur berupa rekahan-rekahan di permukaan bumi yang menghubungkan antara yang di permukaan dengan yang ada di dalam bumi. Rekahan itu bisa karena sesar atau rekahan batuan," tambah Tri Winarno.

Baca juga: Apakah Semburan Lumpur Blora Akan Berakhir seperti Lapindo Sidoarjo?

Dia kemudian menganalisa secara spesifik tentang kejadian di Kesongo, Blora. Jenis bebatuan yang berada di bawah permukaan kawasan Kesongo adalah "bebatuan lempung".

Sementara, ahli geologi dari program studi teknik geologi Institut Teknologi Sumatera, Lampung, Angga Jati Widiatama, mengatakan, gunung lumpur di Kesongo itu "terbentuk dari adanya kubah garam atau istilah geologi disebut mud diapir".

Disebut sebagai batuan formasi kerek, yang terdiri batu pasir dan lempung, diendapkan secara cepat sehingga "menjebak" air di dalam pori-pori batuan.

"Karena ada air dalam pori-pori batuan, tertimbun terus menerus hingga tebal. Batuan yang tertimbun itu akan memunculkan gradien panas bumi," ungkap Angga kepada wartawan di Semarang, Nonie Arnee.

Baca juga: Ada 17 Ekor Kerbau Terkubur Kawah Lumpur di Blora Belum Ditemukan

"Makin terendam, makin panas. Tekanan makin besar. Saat air di pori batuan terkena panas dan sumber suhu dan tekanan tinggi akan berubah jadi uap. Itu yang menyebabkan jadi campuran batuan, air dan uap. Hingga berubah menjadi kubah garam," paparnya.

Hal itu terbentuk "biasanya ada kaitannya dengan patahan geologi atau struktur geologi."

"Jadi wilayah dari Semarang hingga Sidoarjo (Jatim) itu sebenarnya batas lempeng mikro kontinen Jawa Timur yang ada di selatan. Karena batas lempeng, maka menjadi titik lemah, banyak patahan atau sesar. Patahan ini yang bisa menjadi jalan keluar dari mud volcano," papar Angga.

Baca juga: Fenomena Semburan Lumpur di Blora Diduga Mud Volcano, Apa Itu? Ini Penjelasannya

Mengapa disebut fenomena alam 

Pengunjung menyaksikan fenomena letupan lumpur di obyek wisata Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (14/7/2017). Secara geologi apa yang terjadi pada Bledug Kuwu adalah suatu proses alam yang disebut fenomena Gunung Api Lumpur (Mud Volcanoes). Sementara mitologi masyarakat setempat menyebut jika fenomena Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan. Konon lubang itu adalah jalan pulang Jaka Linglung dari laut selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar. Jaka Linglung yang merupakan putra Ajisaka diutusnya membunuh Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Jaka Linglung berjalan di perut bumi lantaran ia bisa berubah wujud menjadi ular naga.KOMPAS.com/Puthut Dwi Putranto Pengunjung menyaksikan fenomena letupan lumpur di obyek wisata Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (14/7/2017). Secara geologi apa yang terjadi pada Bledug Kuwu adalah suatu proses alam yang disebut fenomena Gunung Api Lumpur (Mud Volcanoes). Sementara mitologi masyarakat setempat menyebut jika fenomena Bledug Kuwu terjadi karena adanya lubang yang menghubungkan tempat itu dengan Laut Selatan. Konon lubang itu adalah jalan pulang Jaka Linglung dari laut selatan menuju kerajaan Medang Kamulan setelah berhasil mengalahkan Prabu Dewata Cengkar. Jaka Linglung yang merupakan putra Ajisaka diutusnya membunuh Prabu Dewata Cengkar yang telah berubah menjadi buaya putih di Laut Selatan. Jaka Linglung berjalan di perut bumi lantaran ia bisa berubah wujud menjadi ular naga.
"Fenomena alam [seperti ini] sudah biasa terjadi," ujar Tri Winarno tentang mud volcano di Kesongo, Blora.

"Kalau di zona tektonik jalur ring of fire itu hal biasa. Di luar negeri, seperti Italia, fenomena mud volcano juga terjadi.

Dia kemudian menekankan bahwa fenomena ini bukanlah hal baru di pulau Jawa.

Dia mencontohkan "bleduk Kuwu" alias gunung api lumpur di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, serta satu kawasan di Cepu, Jawa Tengah.

"Ini tidak ada kaitan dengan eksplorasi minyak," katanya, karena di sekitarnya tidak ada aktivitas penambangan minyak dan gas.

Baca juga: Semburan Lumpur Capai Belasan Meter, Ini Video Saat Letusan di Kesongo Blora

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com