Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dokter Mata Lawan Stigma Setelah Terjangkit Virus Corona

Kompas.com - 24/08/2020, 11:26 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Irnawati, dokter spesialis mata di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nunukan, Kalimantan Utara, langsung bersujud syukur saat hasil pemeriksaan swab tenggorokannya menunjukkan hasil negatif Covid-19.

Raut wajahnya menyiratkan seakan lepas dari beban berat karena dituding menjadi orang pertama yang mengakibatkan Covid-19 menyebar di Nunukan setelah dinyatakan zona hijau pada 31 Juli 2020.

Setelah Irnawati dan beberapa tenaga medis lainnya terinfeksi virus corona, RSUD Nunukan menutup semua layanan poliklinik selama dua pekan.

"Yang berat itu bukan penyakitnya, justru melawan judgement dan stigma negatif masyarakat terhadap saya yang menjadi beban mental dan moral sebagai tenaga kesehatan," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (23/8/2020).

Baca juga: Lagu Corona Enggalo Lungo, Karya Dokter Hery Sebelum Meninggal karena Covid-19

Tidak ada gejala apapun yang dia rasakan selama didiagnosa reaktif dalam pemeriksaan rapid test pada 24 Juli 2020.

Namun dia menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, sampai kemudian menerima hasil swab oleh RSUD Kota Tarakan pada 4 Agustus 2020.

Dia merespons dengan menempati bangsal isolasi RSUD Nunukan.

Irnawati menyesalkan banyak tudingan dan cacian orang di media sosial yang mengarah padanya sehingga rasa bersalah kian menghantuinya. 

Hal itu juga berpengaruh kepada anak-anaknya.

"Sampai anak pertama saya yang berusia 18 tahun menganggap ini rekayasa. Saya beri pengertian, ini takdir Allah, jangan pernah negative thinking, kalaupun benar ada konspirasi, Tuhan tidak tidur," katanya.

Baca juga: Kisah Dokter Andani, Kepala Lab Unand yang Jadi Pahlawan Sumbar Kendalikan Covid-19 (1)

Irnawati mengatakan, hasil swab yang menegaskan kesembuhannya, tidak membuatnya terlalu bahagia.

Berbeda halnya ketika dia diberitahu bahwa hasil swab dari kontak eratnya termasuk keluarganya adalah negatif.

Hasil tersebut membuatnya menangis bahagia dan menjadi motivasi tersendiri.

"Bagai pembuktian bagi saya, logikanya mereka keluarga saya, kontak paling erat dengan saya, yang selalu serumah saja negatif, maka secara tidak langsung itu bantahan bagi mereka yang menuding saya penyebab dari menjalarnya wabah ini," tegasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com