Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perjuangan Veteran Perang, Delapan Peluru Bersarang di Badannya

Kompas.com - 18/08/2020, 05:45 WIB
Farida Farhan,
Khairina

Tim Redaksi

 

KARAWANG, KOMPAS.com-Emang (99) duduk di kursi kayu serambi rumahnya. Matanya basah, bersyukur tiada tara masih hidup meski delapan peluru pernah bersarang di tubuhnya.

Emang adalah veteran perang. Ia turut berjuang pada Agresi Militer Belanda II. Saat itu ia bergabung dalam Tentara Republik Indonesia (TRI) di Batalyon 1 Resimen 7 Purwakarta atau pertahanan TRI wilayah Bandung.

Selain peristiwa Bandung Lautan Api, Emang masih ingat betul soal pertempuran sengit di hutan karet di wilayah Kalijati, Subang.

Baca juga: Saat Upacara HUT Ke-75 RI, Ganjar Undang Veteran Naik ke Podium

Saat itu, baku tembak dengan pasukan Belanda tak terhindarkan. Naas kepalanya tertembak, ia lari. Perlahan darah segar mengucur di wajahnya.

"Aku kira keringat, ternyata darah," ujar Emang dikutip dari Chanel YouTube Dedi Mulyadi, Minggu (16/8/2020).

Emang dan kawan-kawannya tetap melakukan perlawanan. Namun pasukan Belanda menggunakan lampu sorot dan membuatnya silau. Alhasil, enam peluru bersarang di kaki, dan satu di bahu.

Emang terjatuh. Pasukan Belanda menghampiri dan menghadiahi tiga tusukan bayonet di perut.

"Saya tahan, dikira mati. Saya pergi," ungkapnya sambil menghela napas.

Emang kembali pasrah. Dua orang perempuan lewat. Meski sempat ketakutan melihatnya yang bersimbah darah, perempuan itu memberinya minum dengan daun pisang. Ia pun meminta agar wajahnya ditutup daun agar dingin. Sayang, yang terjadi justru sebaliknya, panas.

"Jantung saya kembali berdetak kencang, ada patroli (Belanda)," ucapnya lirih.

Baca juga: Kisah Hidup Veteran Tertua di Pematangsiantar, Berjuang hingga Lansia

Beruntung, menjelang magrib Emang ditolong warga, dibawa ke tempat aman. Setelah itu ia tak sadar. Pingsan selama 40 hari.

Selama pingsan ia kerap meracau, berbicara bahasa Belanda. Bahkan saat tersadar, ia ingin makan roti. Bukan nasi maupun singkong.

Di usia 25 tahun, Emang pensiun dini larena luka tembak di kaki yang ia derita. Ia memilih menjadi petani, menikah, dan dikaruniai lima anak. Kini ia tinggal di Desa Cirende, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta.

"Saya pensiun dini karena luka tembak di usia 25 tahun, masih bujangan," kenangnya dengan sesenggukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com