Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padi Adan Kaltara yang Diminati Malaysia Terancam akibat Turunnya Populasi Kerbau Krayan

Kompas.com - 30/07/2020, 12:38 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – Dataran tinggi Krayan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mencatatkan pencapaian membanggakan dalam urusan pertanian.

Padi adan yang merupakan padi organik di daerah ini sangat diminati. 

Tidak jarang setiap musim panen, penjual beras Malaysia akan memesan atau datang untuk membeli langsung dari petani di kawasan perbatasan ini.

Namun, eksistensi padi khas Krayan terancam akibat populasi kerbau yang mulai berkurang karena diperjualbelikan warga.

Baca juga: 47 Karyawan Perusahaan Alat Berat di Malinau Kaltara Positif Covid-19

Lantas, apa hubungan kerbau dan padi Adan Krayan?

Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nunukan Masniadi mengatakan, kerbau merupakan salah satu kunci padi organik asal Krayan menjadi komoditas yang demikian diminati. 

Nihilnya bahan kimia tambahan dan seluruh proses penanaman yang hanya melibatkan kerbau adalah berkah yang jarang dimiliki wilayah lain.

"Kerbau yang membajak, kotorannya yang menyuburkan lahan, tanpa unsur kimia (tambahan) sedikitpun, tentu saja padinya beraroma harum dan bermutu tinggi terutama untuk kesehatan," ujar Masniadi saat dihubungi, Rabu (29/07/2020).

Eksistensi padi tersebut kemudian jadi mengkhawatirkan saat negara tetangga juga menginginkan kerbau Krayan untuk dikonsumsi. 

Baca juga: Keluarga Korban Pencurian 9 Kerbau: Kalau Bisa Pelaku Ganti Rugi, Balikin Kerbaunya...

Daging kerbau Krayan disinyalir memiliki tekstur lembut dan tidak jauh dari rasa daging sapi. 

Kerbau yang tinggal di daerah perbukitan dan hanya mengonsumsi rumput bukan pakan lainnya ini, memancing minat para penikmat kuliner untuk menjajal cita rasanya.

"Sehingga saat ini kerbau menjadi salah satu tabungan masyarakat dan memang ada harga. Biasa warga Malaysia membeli kerbau dengan harga mencapai 25 sampai 30 juta rupiah, sangat menggiurkan," ujar Masniadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com