Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aliqah Mencari Ibunda yang Hilang Saat Banjir: Ibu Kembali ke Rumah, Air Semakin Naik

Kompas.com - 18/07/2020, 21:02 WIB
Amran Amir,
Khairina

Tim Redaksi

LUWU UTARA, KOMPAS.com - Banjir yang menerjang enam kecamatan di Luwu Utara, Sulawesi Selatan, pada Senin (18/7/2020) malam, menyebabkan korban harta dan korban jiwa.

Sejumlah warga yang kehilangan keluarganya melapor di posko pengaduan yang bertempat di BPBD Luwu Utara.

Banjir bandang yang menerjang Luwu Utara membuat ribuan warga mengungsi dan 37 orang meninggal dunia. Hingga saat ini tercatat sebanyak 36 korban meninggal dunia.

Baca juga: Banjir Luwu Utara Sudah Diprediksi sejak 2019, Akademisi: Banyak Alih Fungsi Lahan di Sana

Warga yang kehilangan keluarganya  mengungsi dan terus melakukan pencarian, salah satunya adalah Aliqah Kadir (16) warga asal Radda, Kecamatan Baebunta.

Aliqah dan adiknya terpaksa mengungsi di rumah keluarganya di Desa Laba, Kecamatan Masamba setelah kehilangan ibunya, Misna (42).

Saat banjir mereka sempat menyelamatkan diri ke gunung, namun ibunya kembali ke rumah entah akan mengambil apa. 

Saat Aliqah kembali mencari ibunya, ia tak melihatnya. Sang ibu kini hilang dan belum ditemukan.

“Waktu banjir datang, saya keluar rumah hendak menyelamatkan diri bersama kakak dan ibu, saat itu ibu kembali ke rumah saya tidak tahu mau ambil apa, air makin naik dan kelihatan menggulung. Saya lihat adik tiriku naik gunung saya juga ikut bersama kakak naik gunung menyelamatkan diri,” kata Aliqah, Sabtu (18/7/2020).   

Saat mereka di atas gunung, Aliqah kembali mencari ibunya, namun sang ibu tak lagi kelihatan.

“Waktu saya balik itu, sudah tidak ada ibu saya lihat, saya mulai khawatir dan menangis,” ucap Aliqah.

Baca juga: Rumah Jabatan Terendam Lumpur 2 Meter, Bupati Luwu Utara Mengungsi Bersama Warga

Suasana gelap dan orang-orang berteriak minta tolong namun tak ada yang bisa saling menolong.

“Saya hanya bisa menangis dan berteriak minta tolong tapi tak ada kecuali kami hanya bersama saudara,” ujar Aliqah.

Aliqah mengatakan, rumahnya berada di bantaran Sungai Meli Radda sehingga ia melihat langsung air banjir bercampur lumpur mulai naik hingga masuk ke rumah dan merendam jalan.

“Rumahku di dekat sungai jadi saya lihat itu air banjir naik, di dalam rumah ada kakak, ada ibu, adik tiriku dan bapak saya,” sebut Aliqah.   

Aliqah mengatakan, saudaranya, Raina Kadir (17) selamat dari banjir meski sempat jatuh dan terluka dan harus dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sawerigading, Kota Palopo.

“Kakak saya Raina mengalami luka berat dan harus dioperasi di RSUD Sawerigading Palopo, ia menderita luka di bagian kepala karena terbentur tiang listrik,” ujar Aliqah.

 Aliqah yang masih mencari ibunya mengatakan, ciri-ciri sang ibu yakni ada tahi lalat di sebelah kiri hidung, kuku panjang, rambut sebahu, badan gemuk.

“Waktu itu ibu pakai baju daster  abu-abu. Selama ini tidak ada tanda-tanda atau firasat tentang ibu,” tutur Aliqah.

Kini Aliqah berharap ibunya segera ditemukan agar bisa kembali berkumpul bersama.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com