SURABAYA, KOMPAS.com - Suliyah (56) tetap belum bisa menerima jika jenazah suaminya dikubur di komplek pemakaman Keputih Surabaya, komplek pemakaman yang disiapkan pemerintah untuk warga yang meninggal karena Covid-19.
Sementara, jenazah Muslimin (59) suaminya, sudah dikubur sejak 1 Juli 2020 lalu dengan protokol Covid-19.
"Pokoknya saya maunya dipindah ke pemakaman Wonocolo, Surabaya, dekat rumah saya, kumpul bersama keluarga, biar kalau saya ziarah kubur tidak jauh-jauh," kata Suliyah, di Sentra Pelayanan Kepoliasian Terpadu Polda Jatim, Kamis (16/7/2020).
Suliyah berniat memindahkan jenazah suaminya bukan tanpa alasan, karena berdasarkan hasil rapid test di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya tempat suaminya dirawat, almarhum non reaktif.
Baca juga: Surabaya Dinilai Belum Siap Memulai Adaptasi Tatanan Normal Baru, Mengapa?
"Saya juga pernah tanya ke dokternya jika suami saya bukan Covid-19," ujar dia.
Warga Jalan Wonocolo III itu menyebut, suaminya menderita stroke sejak 2 tahun terakhir.
Pada 30 Juni lalu, sakitnya semakin parah dan terpaksa dibawa ke Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya.
"Jam 5 sore masuk rumah sakit, jam setengah 10 malam meninggal dunia, dan pukul 9 pagi esok harinya dimakamkan," terang Suliyah.
Suliyah dan keluarga sempat bersitegang dengan pihak rumah sakit soal pemakaman jenazah suami Suliya.