Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Bandang Luwu Utara, Gubernur Sulsel Fokus Penyelamatan dan Logistik

Kompas.com - 16/07/2020, 23:18 WIB
Amran Amir,
Khairina

Tim Redaksi

LUWU UTARA, KOMPAS.com - Banjir yang menerjang enam kecamatan di Luwu Utara, Sulawesi Selatan  pada Senin (13/7/2020) malam  menyebabkan ribuan rumah rusak parah tertimbun material lumpur bercampur pasir dan menimbulkan korban jiwa.

Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah memantau lokasi banjir dengan menggunakan helikopter untuk melihat langsung kondisi dari atas udara.

Selain itu, pantauan langsung di lokasi juga dilakukan dengan mendatangi titik terparah bencana banjir yakni di Desa Radda, Kecamatan Baebunta, dan Kecamatan Masamba.

Baca juga: Update Banjir Bandang Luwu Utara, Korban Bertambah Jadi 32 Orang

Penanganan pasca bencana banjir bandang Luwu Utara, menurut Nurdin Abdullah, fokus pada penyelamatan kondisi dan memastikan ketersediaan logistik, termasuk air bersih dan jaringan komunikasi.

“Jaringan komunikasi ini harus diperbaiki agar terjadi hubungan komunikasi dengan pihak pihak luar dan keluarga para korban, selain itu jaringan listrik harus diperbaiki cepat,” kata Nurdin saat dikonfirmasi di lokasi, Kamis (16/7/2020).

Banjir yang merendam 6 kecamatan di Luwu Utara akibat meluapnya sungai Rongkong di Sabbang, Sungai Meli di Baebunta dan Sungai Masamba di Masamba, menurut Nurdin Abdullah, disebabkan karena faktor cuaca iklim yakni curah hujan yang tinggi.

“Daerah aliran sungai yang ada di Luwu Utara kalau dilihat dari kondisi air setiap hari di atas itu sangat terjaga, cuma memang hasil analisa, ada satu masalah di hulu dengan kelerengan yang curam tidak didukung dengan agregat tanah yang kompak,” ucap Nurdin.

Baca juga: Kemensos Beri Santunan Rp 15 Juta ke Ahli Waris Korban Banjir Bandang di Masamba

Dia menyebut, dengan kondisi itu dapat dilihat bahwa tanah itu daya ikatnya sangat rendah, dan lempung berpasir.

“Dukungan yang sangat besar adalah curah hujan, tiga hari berturut-turut tanpa henti curah hujannya  antara 100 hingga 200 mm, jadi memang sangat tinggi, sehingga ini adalah pelajaran bagi kita semua. Yang harus dilakukan adalah normalisasi sungai, yang kedua harus kita memikirkan masyarakat yang hidup di bantaran sungai, yang ketiga aktivitas yang ada di atas hulu harus dievaluasi,” jelas Nurdin.

Sementara Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani mengatakan bahwa berdasarkan hasil assesment Dinas Lingkungan Hidup dan KPH sungai Rongkong ditemukan bahwa penyebab terjadinya banjir bandang adalah adanya longsoran.

“Didapatkan lebih dari 20 titik longsoran baik yang terjadi di pegunungan Lero maupun yang ada di pegunungan Magandang, di pegunungan Magandang hampir dipastikan tidak ada pembukaan lahan, ilegal logging atau perizinan perkebunan sebagaimana informasi yang beredar,” ujar Indah.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com