Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Musim Tanam, Petani di Kabupaten Bulukumba Hadapi Kelangkaan Pupuk

Kompas.com - 13/07/2020, 10:48 WIB
Kontributor Bulukumba, Nurwahidah,
Dony Aprian

Tim Redaksi

BULUKUMBA, KOMPAS.comKelangkaan pupuk bersubsidi dan non subsidi dihadapi petani di Desa Balong Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menjelang memasuki musim tanam.

Subaidur (40), salah seorang petani di Desa Balong menuturkan, kelangkaan pupuk dikhawatirkan akan berdampak gagal panen.

"Saya memiliki lahan seluas 2.5 hektare, yang sudah ditanami jagung. Tapi tidak ada pupuk bersubsidi dijual maka jagung diperkirakan akan gagal panen," kata Subaidur saat dikonfirmasi, Kompas.com, Senin (13/7/2020).

Dia mengaku, kelangkaan pupuk bersubsidi baru terjadi tahun ini.

"Seharusnya satu hektare jagung diberi delapan sak pupuk, tapi kerena stok pupuk subsidi yang dijual sedikit, terpaksa satu hektare hanya diberi lima sak pupuk subsidi dan itu kurang," tuturnya.

Baca juga: Kementan Tepis Isu Kelangkaan Pupuk di Tanah Air

Sementara itu, Kepala Desa Balong Irsan Arif Samra (35) menuturkan, para petani khawatir dengan kelangkaan pupuk tahun ini akan berdampak pada gagal panen.

Pihaknya telah menyurat kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bulukumba, dengan permohonan RDP.

"Sudah menyurat ke DPRD Bulukumba melibatkan seluruh kelompok tani. Kami butuh kejelasan informasi selanjutnya," tuturnya.

Irsan berharap, pemerintah mengambil langkah cepat menangani kelangkaan pupuk, sehingga ketersediaan pupuk bagi petani terpenuhi.

Jika perlu pemerintah daerah melakukan subsidi silang untuk mengurangi beban petani.

Baca juga: Sebelum Dinyatakan Positif Covid-19, Kapolres Bulukumba Sempat Demam Tinggi

Sementara itu, salah satu pengecer pupuk di Desa Balibo, Kecamatan Kindang Bulukumba, Sumardi (41) mengaku pupuk bersubsidi jenis urea kosong.

"Kalau urea non subsidi di Desa Balibo aman yang kosong pupuk subsidi. Tapi petani merasa kewalahan, karena untuk membeli pupuk non subsidi sangat mahal bahkan untuk kemasan 50 kilogram harganya hampir tiga kali lipat dari harga pupuk subsidi pemerintah. Harga pupuk urea subsidi Rp 90.000/sak sementara urea non subsidi Rp 270.000/sak," kata Sumardi.

Terpisah, Koordinator Wilayah Selatan Sulawesi Selatan PT Marina Putra Indonesia, Lukman (42) menuturkan, kekosongan pupuk disebabkan karena kuota atau jatah yang diberikan lebih rendah dibandingkan tahun 2019.

"Kelangkaan memang terjadi karena kuota tahun ini lebih rendah dari tahun 2019. Untuk kuota tahun ini di Bulukumba 9.328 ton. Dan pupuk itu 90 persen sudah tersalur sejak bulan Januari sampai sekarang," ungkapnya.

Diberitakan sebelumnya, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Sarwo Edhy mengatakan, saat ini Kementan terus mendistribusikan pupuk subsidi ke daerah-daerah, termasuk Bulukumba.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com