Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Angkatan 2020, Pilih Jualan Kaktus hingga Rawon Daripada Nonton Drakor

Kompas.com - 12/07/2020, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah lulusan universitas angkatan 2020 bercerita mengenai sulitnya mencari pekerjaan pada masa pandemi Covid-19 dan bagaimana mereka mencoba bertahan dengan berbisnis.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah iklan lowongan kerja di masa pandemi sempat anjlok hingga 75% pada April lalu.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan, juga telah menyatakan akan melakukan moratorium penerimaan PNS hingga lima tahun ke depan.

Kementerian Ketenagakerjaan menyebutkan jumlah pengangguran diestimasi dapat mencapai antara 2,9 juta hingga 5,2 juta jiwa akibat pandemi.

Baca juga: Garuk Sampah, Gerakan Anak Muda yang Tak Ingin Yogyakarta Penuh Sampah Visual

'Cukupi kebutuhan dengan usaha kaktus'

Dengan berbisnis, Anggi mengatakan ia tak perlu meminta uang dari orang tuanya.Anggi Nindya Dengan berbisnis, Anggi mengatakan ia tak perlu meminta uang dari orang tuanya.
Anggi Nindya, 23, lulus dari jurusan Tasawuf Psikoterapi dari sebuah universitas di Bandung, Jawa Barat, awal 2020.

Saat itu, Covid-19 belum terlalu berdampak di Indonesia.

"Awal-awal tahun masih optimis lamar-lamar kerja," ujar Anggi yang sempat melamar kerja ke sejumlah perusahaan untuk posisi marketing dan posisi lainnya.

"Lama-lama dengar orang di-PHK, diberhentikan, atau mereka yang nggak di-PHK, tapi nggak kerja juga. Banyak dengar kasus seperti itu. Merasa makin pesimis aja."

Baca juga: Anak Muda Kota Serui Ciptakan Aplikasi Bajalan: Surga Itu Ada di Papua

Dengan berbisnis, Anggi mengatakan ia tak perlu meminta uang dari orangtuanya.

Hingga pekan kedua Juli, Anggi belum juga diterima di perusahaan-perusahaan yang dilamarnya.

"Sempat kayak pesimis gitu, [berpikir] 'ya udah ini nggak akan dapat kerjaan deh, kayaknya ini bakal nganggur lama'. Cukup sering ngobrol dengan teman-teman, 'kok aku nggak dapat-dapat panggilan kerja ya?"

Namun, Anggi menolak berpangku tangan.

Baca juga: WHO Ingatkan Anak Muda Juga Berisiko Terkena Covid-19 yang Parah

Kaktus dan sukulen yang dijual Anggi dan rekannya, Agus.Anggi Nindya Kaktus dan sukulen yang dijual Anggi dan rekannya, Agus.
Sejak kuliah, ia dan seorang teman seangkatan kuliahnya, Agus Kurnia, menjalankan usaha menjual tanaman kaktus dan sukulen.

Sebelumnya, penghasilan yang dia dapatkan biasa digunakan untuk "jajan dan bersenang-senang".

Namun, pada masa pandemi, Anggi mengatakan bisnis itulah yang memberinya penghasilan sehingga tak perlu minta uang dari orang tua. Bahkan dia bisa membantunya memberi uang untuk adiknya.

Baca juga: Anak Muda Diminta Berempati pada Tenaga Medis dengan Tetap Berada di Rumah

Pada Juni lalu, ia mendapat pesanan suvenir pernikahan sebanyak 200 buah tanaman.

Anggi mengatakan usahanya itu tak hanya membantu secara finansial, tapi juga mampu mengalihkan pikirannya saat "merasa stres setelah mengirim dokumen lowongan pekerjaan".

"Usaha bisa bikin aku sedikit lupa soal lowongan kerja itu," ujarnya.

Meski usahanya sudah berjalan, Anggi mengatakan tetap berharap bisa bekerja di sektor formal karena menurutnya pengalaman itu akan memberinya pelajaran yang tak didapatkannya di bisnisnya.

Baca juga: Tegur Anak Muda yang Nongkrong Saat PSBB, Seorang Pemuda Malah Dikeroyok

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com