Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Mbah Tarso, Hidup di Gubuk Reyot Tepi Sungai, Andalkan Hidup dari Mencari Ikan

Kompas.com - 09/07/2020, 16:14 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Khairina

Tim Redaksi

 

PURWOKERTO, KOMPAS.com - Sebuah gubuk reyot berukuran 2X3 meter berdiri di tengah kebun di Kelurahan Kedungwuluh, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Enam pohon yang tumbuh besar menjadi tiang utama gubuk dengan tinggi tidak lebih dari satu meter. Banner bekas dan karung plastik dimanfaatkan sebagai dinding dan atap.

Sementara, persis di sebelah barat gubuk terdapat tebing curam yang memisahkan antara kebun dengan aliran Sungai Banjaran.

Baca juga: Kisah Dita Leni Ravia, Siswi SMKN di Gunungkidul yang Namanya Viral...

Di lokasi itu lah Tarso (70) bersama pasangannya Sugiyani (31) menghabiskan waktu selama lima tahun terakhir.

Meski masuk wilayah perkotaan, mereka hidup jauh dari keramaian.

Untuk menuju lokasi harus berjalan kaki sekitar 15 menit menyusuri sungai kecil serta melintasi area persawahan dan kebun.

Untuk penerangan gubuk ketika malam hari, Tarso menggunakan lilin.

Tarso mengaku tidak punya pilihan tempat tinggal lain. Ia telah lama menjadi sebatang kara dan hidup berpindah-pindah di tanah milik orang lain.

"Sebelumnya saya tinggal di bagian basah dekat Sungai Banjaran, tapi bagian bawah, masih masuk Kelurahan Kedungwuluh. Ngontrak tanah, 10 tahun habis, saya pindah lagi, ini tempat yang ketiga," tutur Tarso, Rabu (8/7/2020).

Di lokasi ini, Tarso tidak dipungut biaya kontrak oleh pemilik tanah. Namun Tarso diminta untuk menjaga dan merawat kebun tersebut.

"Saya disuruh menjaga ini. Saya juga sering menangkap ular kobra yang banyak di sekitar kebun, agar tidak membahayakan orang. Ular-ular ini tidak dijual, tapi ditangkarkan di Cilacap," ujar Tarso.

Baca juga: Kisah Pendamping Desa yang Sukses Antarkan Anaknya jadi Lulusan Terbaik Akpol

Selain merawat kebun, aktivitas rutin yang dilakukan adalah memancing di sungai. Ikan yang didapatkan lantas dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Dapatnya enggak pasti. Saya jual ke orang-orang, uangnya saya bagi tiga, buat kebutuhan sehari-hari, ditabung dan untuk keperluan lain," kata Tarso.

Selama tinggal di situ, Tarso mengaku baru pernah satu kali menerima bantuan sembako dari pemerintah. Namun hingga kini tidak pernah menerima lagi.

Semasa muda, Tarso sempat berkeliling mengikuti pertunjukan sirkus sebagai pawang hewan.

Tarso akhirnya kembali ke kampung halaman setelah bisnis pertunjukan sirkus mulai meredup dan menyebabkan tempat kerjanya bangkrut.

Kini, Tarso dapat sedikit bernapas lega. Berbagai komunitas di Kabupaten Banyumas tergugah menggalang donasi untuk membangun rumah Tarso.

"Kami sudah berkomunikasi dengan pemilik tanah dan diizinkan untuk dibangun rumah semipermanen," kata Ketua Forum Lintas Komunitas Kabupaten Banyumas Mavix.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com