UNGARAN, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat menyebut sebanyak 63.000 tuna sosial terdampak Covid-19.
Menurut dia, jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat seiring belum tuntasnya penanganan wabah Covid-19.
"Ini nanti pasti akan meningkat jumlahnya, terutama untuk pemulung, pengamen, anak jalanan, pengemis," jelasnya di Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang, Rabu (8/7/2020) usai acara penyerahan bantuan.
Baca juga: Kemensos Bagikan 508.077 BST ke Banten, Daerah dengan Banyak Pekerja Dirumahkan
Dia mengakui ada posisi dilema di kalangan tuna sosial dengan kebijakan pemerintah yang menerapkan aturan pembatasan aktivitas di beberapa daerah.
"Mereka beralasan, kami mati kelaparan atau mati karena Covid-19. Padahal jika terus beraktivitas di luar, berpotensi menjadi pembawa virus," kata Harry.
Menurut dia, keberadaan penyandang tuna sosial menjadi perhatian Kemensos karena dikhawatirkan menjadi carrier Covid-19.
"Strateginya di Kabupaten Semarang, Pemkab dan LKS yang ada mendampingi mereka jangan keluar, beri edukasi yang baik selain bantuan sosial," katanya.
Baca juga: Kemensos Beri Bantuan Rp 3,7 Miliar kepada Korban Longsor di Bogor
Sementara itu, Bupati Semarang Mundjirin mengatakan, pembinaan kelompok tuna sosial dilakukan LKS yang fokus terhadap persoalan tersebut.
"Yayasan itu bekerja 24 jam non-stop. Adapun masyarakat yang menemukan orang tuna susila bisa diberikan ke LKS, nanti dirawat dan hidup yang lebih layak di sana," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.