Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baduy Minta Ditutup karena Pengunjung Buang Sampah Sembarangan

Kompas.com - 07/07/2020, 20:17 WIB
Acep Nazmudin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

LEBAK, KOMPAS.com - Lembaga Adat Baduy meminta wilayahnya dihapus dari peta destinasi wisata. Permintaan tersebut disampaikan melalui surat yang dikirim ke Presiden Joko Widodo.

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan, pihaknya sudah mengetahui permintaan tersebut dari media sosial. 

Kata dia, keluhan ini disampaikan warga Baduy lantaran wilayahnya tercemar yang diakibatkan oleh kunjungan wisatawan.

"Kenapa mereka keluarkan statemen seperti itu, karena banyak pengunjung tidak taat, bangun warung di sana dan buang sampah sembarangan," kata Iti ditemui di Pendopo Kabupaten Lebak di Rangkasbitung.

Baca juga: Baduy Minta Dihapus dari Destinasi Wisata, Ini Kata Bupati Lebak

Iti mengatakan, tidak dipungkiri memang kawasan wisata Desa Adat Baduy sudah tercemar.

Sampah-sampah yang dibuang sembarangan oleh wisatawan banyak berserakan di sepanjang rute wisata Baduy.

Kendati demikian, Iti mengatakan pihaknya belum bisa mengambil keputusan terkait surat yang dikirimkan ke Presiden Jokowi pada 6 Juli 2020 lalu.

Menurut Iti, pihaknya harus melakukan pertemuan terdahulu dengan tokoh Baduy dan memastikan bahwa surat dibuat melalui persetujuan tiga wilayah Baduy, yakni Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana.

"Kebijakan kami mengikuti apa yang disampaikan oleh Puun, semua bisa dikomunikasikan. Maka saat ini belum bisa mengambil kebijakan seperti apa sebelum komunikasi dengan Puun (pimpinan adat tertinggi di Baduy)," kata dia.

Jika masih bisa dimusyawarahkan, kata dia, nantinya akan dilakukan perketat aturan bagi wisatawan yang akan masuk ke Baduy.

Baca juga: Duduk Perkara Lembaga Adat Baduy Minta Dihapus dari Destinasi Wisata

Seperti harus membawa kantong sampah sendiri dan pemeriksaan ketat terhadap barang-barang yang bisa menimbulkan sampah plastik.

"Mangkanya nanti kedepannya ada maklumat untuk tidak boleh sampah plastik, bawa makanan tapi tempatnya sendiri. Harus ditaati, mungkin ada semacam pemeriksaan terlebih dahulu sebelum masuk ke sana," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com