Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Paramita Jalani Hidup Pascagempa Palu, Lumpuh Separuh Badan dan Andalkan Suami

Kompas.com - 04/07/2020, 06:55 WIB
Erna Dwi Lidiawati,
Khairina

Tim Redaksi

 

PALU, KOMPAS.com - Rumah kos di bilangan Jalan Sungai Manonda, Lorong Syukur, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah tampak lengang.

Waktu saat itu tengah menunjukkan pukul 14.00 Waktu Indonesia Tengah. Para penghuni kos memilih untuk berdiam di dalam rumah,  untuk ngaso.

Tak terkecuali Paramita (29), seorang ibu rumah tangga dengan dua anak.

Saat KOMPAS.com bertandang  ke rumahnya, ia tengah berbaring di kamarnya.

Ia tak bisa bangun kalau tak dibantu. Bencana alam yang terjadi 28 September 2018 silam menjadi mimpi buruk buat Paramita.

Baca juga: Kisah Babinsa Bangun Perpustakaan Keliling: Prihatin Anak Hanya Main Ponsel Saat Covid-19

Setengah badannya, dari pinggul hingga kaki lumpuh. Saat gempa terjadi, Mita berusaha lari keluar. Namun, tembok kamar roboh dan menimpa setengah badannya.

"Saya teriak minta tolong, untung ada tetangga yang mencoba membantu mengeluarkan saya dari reruntuhan tembok kamar," tutur Mita, Rabu (1/7/2020).

Sejurus kemudian dia terdiam, matanya berkaca kala mengingat peristiwa itu. Tak mudah menghapus kenangan buruk yang dialaminya. Namun dengan tegar ia terus bertutur.

Kala itu, Jumat 28 September 2018, saat adzan Magrib berkumandang, tiba-tiba lantai yang dipijaknya bergoyang hebat.

Dengan sekuat tenaga ia berusaha lari keluar rumah bersama dua buah hatinya Mohammad Agung  dan Lutfia. Saat peristiwa itu terjadi Agung berusia 5 tahun, dan adiknya,Lutfia baru berusia 4 tahun.

Saat hendak  lari keluar rumah, ia sempat tertahan di ruang keluarga. Brakkkkk…. Tiba-tiba dinding kamar  di BTN Puskud, Kelurahan Palupi, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, yang dtinggalinya runtuh mengenai dirinya. Panik, takut semuanya beradu saat itu.

"Tolong...tolong...tolong…" teriakan Mita didengar tetangganya.

Ia tak tahu apa yang terjadi dengan dirinya.  Ia kemudian dibawa ke lapangan Doyota Puskud.

"Saya tidak pingsan, saya sadar saat dibawa ke lapangan, tapi…(Mita menarik nafas panjang) saya tidak merasakan lagi kaki hingga pinggul saya. Saya melihat darah begitu banyak, tapi saya tidak merasa sakit," tuturnya.

Selain bagian pinggul ke bawah, lengan sebelah kiri Mita juga patah.  

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com