Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekerasan Seksual Selama Pandemi Meningkat, Pelaku dan Korban Berkenalan di Medsos

Kompas.com - 01/07/2020, 17:43 WIB
Tri Purna Jaya,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

LAMPUNG, KOMPAS.comKekerasan seksual berbasis daring selama masa pandemi virus corona menjadi sorotan lantaran meningkat secara signifikan.

Berdasarkan data Lembaga Advokasi Perempuan dan Anak, Damar Lampung, jumlah kekerasan seksual pornografi dan ITE selama rentang masa tanggap darurat virus corona tercatat sebanyak empat kasus.

Staf Penanganan Kasus Damar Lampung, Afrintina mengatakan, jumlah itu termasuk tinggi, lantaran pada tahun 2019 jumlah kasus serupa adalah hanya dua kasus.

“Kekerasan gender berbasis online ini memang meningkat, berdasarkan data pengaduan yang masuk ke kami. Tahun lalu (2019) hanya dua kasus selama setahun. Tapi, tahun ini baru enam bulan sudah ada empat kasus,” kata Afrintina saat ditemui, Rabu (1/7/2020).

Baca juga: LSM: Kasus Kekerasan Seksual di Lampung Meningkat Selama Pandemi

Pelaku ancam sebar foto atau video pribadi

Afrintina mengatakan, korban kekerasan berbasis daring ini adalah remaja putri dengan rentang usia siswa SMP.

“Modusnya berbeda-beda, ada yang diancam foto atau video pribadinya disebar hingga pemerasan,” kata Afrintina.

Terkait hal tersebut, Advokat Damar Lampung, Meda Fatmayanti menambahkan, kasus kekerasan berbasis online ini diduga lantaran korban berinteraksi dengan pelaku dari media sosial.

Baca juga: Kekerasan Seksual UII Yogyakarta, Penyintas: Saya Takut dan Gugup (1)

“Ada yang mulai berkenalan dari media sosial kemudian pacaran atau dari aplikasi perpesanan lainnya,” kata Meda.

Modus kekerasan tersebut, tambah Meda, biasanya pelaku meminta korban mengirimkan video atau foto tanpa busana hingga rekaman dan chat seksual.

“Setelah pelaku mendapatkan video atau foto korban, itu dipakai sebagai alat untuk memeras korban, baik itu meminta uang atau pencabulan secara fisik,” kata Meda.

Penggunaan gawai selama masa pandemi corona

Meda menambahkan, diduga interaksi tersebut karena korban selalu menggunakan gawai di masa pandemi corona.

Terlebih, pada pelajar penggunaan gawai berlangsung terus menerus untuk belajar daring.

"Mungkin mereka (korban) merasa jenuh, lalu mencoba aplikasi lain dan berinteraksi secara rutin," kata Meda.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com