Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/06/2020, 15:17 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com - Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Dani Suhadi mengatakan, sekitar 19.000 ternak babi di wilayah itu mati akibat penyakit flu babi Afrika (ASF).

Jumlah itu tercatat sejak awal Februari sampai pertengahan Juni 2020.

Baca juga: Lebih 50 Persen Pasien Covid-19 di RSUP Sanglah Sembuh, Ini Salah Satu Rahasianya

Belasan ribu ternak yang mati itu tersebar di sejumlah kota atau kabupaten di NTT. Seperti Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.

"Khusus untuk Kota dan Kabupaten di daratan Pulau Timor, penyebab matinya babi yakni akibat virus AFS, sedangkan wilayah lainnya, belum diketahui persis, tapi dilihat dari penampakan klinis dugaannya AFS," kata Dani saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/6/2020).

Pemprov NTT belum mengetahui penyebab kematian ternak babi di Pulau Sumba. Sampel organ ternak yang mati belum dikirim ke Laboratorium Veteriner Medan karena pembatasan penerbangan akibat pandemi Covid-19.

Menurut Dani, tak ada kasus kematian ternak babi di kabupaten dan kota yang berada di Pulau Flores dan Pulau Lembata.

Dani menjelaskan, angka kematian ternak babi mulai menurun sejak akhir Mei hingga Juni. Penurunan diduga terjadi karena pembatasan kegiatan selama pandemi Covid-19.

"Puncaknya itu di April lalu dan sekarang sudah mulai menurun. Khusus di Kota Kupang sudah turun sehingga aktivitas untuk kegiatan beternak babi mulai kembali normal," ujar dia.

Baca juga: Pengemudi Ojek Online Sudah Boleh Angkut Penumpang di Surabaya

Dani menyebut, belum adanya vaksi dari virus flu babi Afrika membuat Pemprov NTT dan peternak kewalahan menghadapinya.

Virus AFS itu, lanjut Dani, sangat ganas dengan tingkat penularan yang cepat. Sehingga, ternak bisa mati jika tak ditangani dengan cepat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com