KOMPAS.com - Pemilik bengkel asal Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Teguh Wuryanto (56) kaget ketika mengetahui tagihan listrik bulan Mei melonjak menjadi Rp 20.158.686.
Padahal pada April tagihan listrik yang harus dia bayar sebesar Rp 1.218.912.
Adapun alat di bengkel juga jarang dipakai selama pandemi Covid-19 karena pelanggan menurun.
Baca juga: Pemilik Bengkel Kaget Lihat Tagihan Listrik sampai Rp 20 Juta, Melonjak 20 Kali Lipat
Belakangan, Teguh mengetahui bahwa ada kebocoran daya reaktif (kVarh) yang membuat tagihan itu meningkat tajam.
Kebocoran disebabkan alat berupa kapasitor yang sudah rusak dan tidak berfungsi.
Kebocoran daya reaktif itu terdeteksi setelah meteran listrik diganti ke meteran digital.
Teguh menyesalkan pihak PLN yang tidak memberikan sosialisasi terkait dengan alat kapasitor tersebut saat mengganti meteran listriknya.
“Harusnya disurvei dulu ya. Kalau kapasitor saya rusak dan meteran digital sensitif. Karena namanya orang jualan harus memberikan pelayanan. Mereka asal main ganti,” ujar Teguh saat dihubungi Kompas.com, Rabu (10/6/2020).
Baca juga: Kronologi Pria Tersengat Listrik Saat Tangkap Burung Love Bird, Kaki Tersangkut Besi
Manager Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PLN Malang Raya, M Eryan Saputra mengatakan, meteran listrik milik Teguh memang menjadi target peremajaan karena sudah lama berlangganan.
Peremajaan itu dengan mengganti meteran listrik analog ke digital.
Namun, ketika diganti ke digital, kapasitor yang merupakan alat untuk menstabilkan tegangan listrik di bengkel itu rusak dan tidak berfungsi.