Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walau Pandemi, Tradisi Meriam Karbit di Pidie Tetap Digelar dan Dihadiri Ratusan Orang

Kompas.com - 28/05/2020, 10:30 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Di tengah pandemi covid-19 yang melanda hampir seluruh dunia, ratusan orang warga Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh melaksanakan tradisi meriam karbit yang dianggap 'lebih penting' dibanding menjaga diri dari serangan virus corona.

Jauh di pedalaman Sigli, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, pada Minggu (24/5/2020) atau tepatnya pada malam hari pertama Idul Fitri, sebuah tradisi berlangsung dengan meriah.

Tradisi yang diklaim warga sekitar sudah berlangsung sejak pendahulunya pada masa kesultanan Aceh. Tradisi meriam karbit.

Baca juga: Demam Sepulang dari Malaysia, 2 Warga Pidie Karantina Mandiri di Rumah

Tradisi tahunan ini biasanya berlangsung di sepanjang bantaran Sungai Krueng Baro yang memiliki panjang 61,7 kilometer.

Namun kali ini hanya puluhan meriam karbit-yang masing - masing terbuat dari enam rangkaian drum- yang dibunyikan, yakni di Desa Masjid Reubee dan Desa Cut Reubee.

Sementara desa lain tidak ikut-ikutan membunyikan meriam yang memiliki suara dentuman hingga 10 sampai 20 kilometer, lantaran sedang dalam masa pandemi virus corona.

Baca juga: Dua Bank Rentenir di Pidie Jaya Akhirnya Ditutup, Beri Bunga Setinggi Langit hingga Resahkan Warga

Ratusan warga menghadiri tradisi meriam karbit tetapi hanya beberapa yang mengenakan masker Hidayatullah/BBC Indonesia Ratusan warga menghadiri tradisi meriam karbit tetapi hanya beberapa yang mengenakan masker
Pantauan wartawan di lokasi, masyarakat sekitar sudah mulai memadati area sejak pukul 20.00 WIB, mereka datang secara berangsur - angsur dengan saudara ataupun pasangan, hanya beberapa dari mereka yang menggunakan masker.

Panitia meriam karbit, Ismail, mengatakan tradisi tahunan ini jauh lebih penting dari apapun.

"Jika tradisi yang hilang maka tidak dapat dikembalikan lagi, tapi jika orang yang meninggal kita tahu pusaranya," kata Ismail, kepada BBC News Indonesia.

Alasan lain masih diselenggarakannya tradisi meriam karbit pada Lebaran tahun ini, menurut Ismail, karena 'masih belum ada Covid-19' di wilayah Kabupaten Pidie.

Baca juga: Viral Aksi Heroik Gadis di Pidie Kejar dan Tabrak Penjambret hingga Jatuh

"Kita takut itu sama pemberi penyakit yaitu pada Allah, bukan pada penyakitnya, akan tetapi kita juga harus mengantisipasi, bukan berarti karena belum ada yang kena penyakit maka penyakit tidak ada," kata Ismail, panitia perayaan meriam karbit.

Ismail rupanya tak melihat data penularan Covid-19 yang dirilis pemerintah provinsi Nanggroe Aceh Darusallam.

Terdata sempat ada satu pasien positif virus corona di Kabupaten Pidie dan hingga 25 Mei ada 31 orang PDP serta 30 orang ODP di kabupaten tersebut.

Budayawan Aceh berpendapat berbeda dengan panitia perayaan meriam karbit, 'adat dan budaya bisa ditunda jika dunia sedang berduka cita'.

"Penyelenggaraan tradisi ini bisa ditunda karena persoalan besarnya kita sedang mengalami permasalahan Covid-19," kata Tarmizi A. Hamid, budayawan Aceh.

Baca juga: 2 Polisi Baku Hantam dengan Orang Gangguan Jiwa, Kapolres Aceh Timur: Mereka Kena Sanksi Kode Etik dan Ditahan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com