Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa Sulit Belajar Online, Guru di Pedalaman Rela Lewati Jalan Rusak untuk Mengajar

Kompas.com - 21/05/2020, 11:30 WIB
Nansianus Taris,
Khairina

Tim Redaksi

MAUMERE, KOMPAS.com - Program Belajar dari Rumah yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI melalui stasiun TVRI tidak bisa dinikmati seluruh sekolah yang ada di Indonesia. 

Masih banyak para guru dan murid di daerah pedalaman tidak bisa belajar dari rumah dan online karena keterbatasan fasilitas dan jaringan internet. 

Seperti itulah yang dialami para guru dan murid SMPN 3 Waigete, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT. 

Baca juga: Kisah Guru Berkeliling 6 Kampung, Bantu Murid Belajar di Rumah

Mereka tidak bisa belajar dari rumah karena tidak memiliki televisi, ponsel, dan juga radio.

Lebih mirisnya lagi, di wilayah SMPN 3 Waigete ini, tidak ada sinyal telepon dan jaringan internet. 

Hilarius Teta, salah seorang guru SMPN 3 Waigete menuturkan, agar siswa-siswi tidak ketinggalan pelajaran, ia bersama teman guru terpaksa harus jalan dari kampung ke kampung untuk menemui dan memberi mereka materi pembelajaran. 

Hilarius mengatakan, cara itu adalah inisiatif dari para guru agar siswa-siswi tidak ketinggalan pelajaran selama masa pandemi Covid-19 ini. 

Hilarius mengungkapkan, cara itu dilakukan lantaran di wilayah itu tidak terjangkau jaringan telepon. Apalagi jaringan internet. 

"Sejak awal ada instruksi belajar dari rumah, kita melihatnya, anak-anak di wilayah kami tidak bisa nikmati program itu. Bagaimana mau belajar dari rumah, televisi, radio, dan handphone kan tidak ada. Kalau pun radio dan handphone ada, jaringan internet kosong. Jadinya, anak-anak tidak bisa belajar apa-apa," ujar Hilarius kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (21/5/2020) pagi. 

Hilarius menceritakan, guru-guru membuat jadwal kunjungan rumah setiap hari Senin dan Selasa.

Mereka membagi siswa-siswi ke dalam kelompok sesuai kampung asal yakni, Kilawair 1 kelompok, Kloangaur 1 kelompok, Klahit  3 kelompok, dan Glak 1 kelompok. 

Setiap kelompok jumlah anggota bervariasi. Semuanya tergantung banyaknya siswa di setiap kampung.

Begitu juga dengan guru pembimbingnya. Satu kelompok, guru pembimbing. Ada kampung yang 3 punya kelompok, guru pembimbingnya juga 3. 

Hilarius menuturkan, di setiap kampung, guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar di halaman rumah. Terkadang, di bawah pohon dan juga taman bunga.

Intinya, mencari tempat yang agak teduh biar bisa belajar dengan nyaman. Proses belajar tetap mengikuti protokol kesehatan yakni menggunakan masker dan jaga jarak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com