Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Warja Ditinggal Istri karena Lumpuh, Tak Bisa Kerja dan Hidup Menumpang dengan 2 Anak

Kompas.com - 08/05/2020, 22:47 WIB
Tresno Setiadi,
Khairina

Tim Redaksi


TEGAL, KOMPAS.com - Peristiwa hidup silih berganti. Setiap orang pernah merasakan bahagia, sedih, kecewa, bahkan marah. Terkadang, orang dalam menjalani kehidupan, harus mengalami kesedihan mendalam, bahkan ada yang sampai bertahun-tahun.

Seperti nasib pilu yang dialami Warja (43) bersama kedua anaknya, Zeta Angelia (20) dan Handika Wardana (8).

Selama hampir lima tahun, keluarga itu hidup di tengah banyak keterbatasan di Kota Tegal, Jawa Tengah. 

Baca juga: Berulang, Tenaga Medis Diisolasi karena Pasien Tak Jujur, Plt Direktur Khawatir RS Akan Lumpuh

Warja lumpuh tak bisa berjalan. Hanya duduk di lantai. Kursi roda juga tak punya. Makan seadanya. Sementara ibu dari kedua anaknya pergi entah ke mana.

Tak lagi punya rumah, mereka hidup menumpang di bangunan semi permanen berukuran 3×4 meter di Kelurahan/Kecamatan Margadana.

Kisah ini bermula saat Warja mengalami kecelakaan kerja di tahun 2015.

Saat itu Warja yang bekerja sebagai kuli bangunan tiba-tiba terjatuh lemas saat mengangkat material berat.

Tulang ekornya didiagnosis dokter mengalami kerusakan. Pemicunya, posisi tubuh Warja kerap dalam posisi salah atau terlalu memaksakan mengangkat barang di luar kemampuan fisiknya.

"Kata dokter, tulang ekor saya rusak. Lumpuh, tidak bisa jalan. Katanya terlalu memaksa angkat berat," kata Warja di kediamannya Jalan Banyumas 2, Kelurahan Margadana, Kota Tegal, Kamis (7/6/2020).

Kondisi itu mengubah 180 derajat kondisi kehidupan Warja dan anak-anaknya. Istri Warja rupanya tak bisa menerima dan memilih pergi entah kemana.

Sementara anak sulungnya Zeta tak bisa mewujudkan cita-citanya melanjutkan sekolah ke jenjang SMA.

"Istri saya pergi. Mungkin sudah nasib saya. Tapi saya kasihan anak-anak," kata Warja.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan, Zeta yang mencari nafkah. Zeta yang tamatan SMP hanya bisa bekerja sebagai pelayan sebuah toko. Pendapatannya Rp. 30.000 per hari. Cukup untuk makan ayah dan adiknya.

Sementara di tengah pandemi Covid-19 dan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat Zeta harus terkena PHK.

"Kalau ingat ibu, sedih, marah, campur aduk," ungkap Zeta.

Baca juga: Kisah Pilu Keluarga dengan Balita di Solo Tinggal di Becak, Bapak di-PHK karena Corona

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com