Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pasutri Buruh Tani di Tengah Pandemi, Sakit-sakitan, Tinggal di Gubuk Reyot tapi Tak Dapat Bansos

Kompas.com - 07/05/2020, 06:56 WIB
Abdul Haq ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

GOWA, KOMPAS.com - Inilah sebuah potret ketidakadilan sosial yang kembali terjadi di masyarakat saat masa pandemi corona berlangsung.

Pihak yang membutuhkan, malah tidak mendapatkan bantuan, sementara mereka yang mampu malah mendapatkan bantuan. 

Inilah yang terjadi pada pasangan suami istri Nasir Daeng Rewa (52) dan Nurmi Daeng Mene (50). Nasir yang hanya bekerja sebagai buruh tani harus merawat istrinya yang sakit-sakitan.

Keduanya pun tinggal di gubuk reyot berukuran 4x6 meter, dengan dinding dari batu dan atap dari seng di Dusun Borongunti, Desa Maccinibaji, kecamatan bajeng, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. 

Pasangan yang menikah tahun 1995 dan belum memiliki anak ini menceritakan kisah hidupnya ke Kompas.com yang menyambangi mereka pada Rabu (06/05/2020). 

Nurmi bercerita, ia menderita sakit sejak delapan tahun lalu. Akibatnya, ia tak mampu bekerja sebagai ibu rumah tangga. 

"Sakit jantung sama kista pokoknya komplikasi dan kalau kerja sedikit lemas kadang berminggu-minggu baring tidak bisa bangun," kata Nurmi.

Baca juga: Viral Video Nenek Mengaji di Rumah Reyot, Ternyata Tak Pernah Dapat Bantuan Pemerintah

Sawah tergadai buat biaya pengobatan istri

Nasir (53), petani miskin di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan yang telah bertahun tahy  merawat isterinya yang sakit di gubuknya yang reot. Rabu, (6/5/2020).KOMPAS.COM/ABDUL HAQ YAHYA MAULANA T. Nasir (53), petani miskin di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan yang telah bertahun tahy merawat isterinya yang sakit di gubuknya yang reot. Rabu, (6/5/2020).
Akibat penyakitnya, Nasir dan Nurmi yang awalnya memiliki beberapa petak sawah ini akhirnya harus merelakan sawahnya tergadai untuk pengobatan Nurmi. Nasir pun kini bekerja menggarap sawah orang lain. 

Dari hasil menggarap sawah milik orang lain inilah Nasir mendapatkan pembagian gabah yang digunakan untuk menjaga agar asap dapur mereka tetap mengepul.

"Kalau sawah sudah tergadai semua untuk biaya pengobatan tapi saya masih garap sawah punya orang lain" kata Nasir.

Dalam menjalani rutinitasnya Nasir mengandalkan sepeda ontel warisan orangtuanya yang tetap terawat dan digunakan sehari-hari.

Selain banting tulang bekerja sebagai petani, Nasir juga harus mengurus pekerjaan rumah tangga sambil merawat isterinya.

Baca juga: Kisah Cinlok di Tengah Pandemi, Gadis Kirgizstan Terjebak di Bali hingga Jatuh Cinta pada Pria Lampung

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com