Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaatkan Kipas Angin Bekas, Dokter Bedah Ciptakan Prototipe Ventilator

Kompas.com - 29/04/2020, 08:35 WIB
Fadlan Mukhtar Zain,
Khairina

Tim Redaksi

BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Di tengah pandemi virus corona, seorang dokter bedah di Rumah Sakit Islam (RSI) Banjarnegara, Agus Ujianto, menciptakan prototipe ventilator.

Agus berusaha menciptakan alat bantu pernapasan dengan harga relatif murah untuk membantu mengatasi minimnya ketersediaan ventilator di sejumlah fasilitas kesehatan.

"Harga ventilator di atas Rp 1 miliar, bahkan saat ini impor juga sulit. Makanya kita cari jalan keluar, bagaimana ada alat yang fungsinya sama, tapi harganya jauh lebih murah," kata Agus saat dihubungi, Rabu (29/4/2020).

Baca juga: Tim Dosen ITB Kembangkan Ventilator Portabel Teknologi Ambu-Bag

Setelah melalui serangkaian uji coba, Agus dengan dibantu seorang asistennya, M Arif Ali Hidayat, akhirnya berhasil menciptakan prototipe ventilator dengan memanfaatkan kipas angin bekas.

"Kipas angin bekas yang digunakan hanya dinamo dan alat penyetel kecepatan gerak rotasi kipas. Ini dimanfaatkan sebagai penggerak alat pompa yang nantinya membantu memompa oksigen menuju paru-paru pasien," jelas Agus.

Agus menuturkan, ide memanfaatkan kipas angin bekas tersebut terinsipirasi dari teknologi di Jepang dan India.

"Setelah kita tengok, ternyata kita bisa menggunakan kipas angin bekas yang kita modifikasi sedemikian rupa agar menyamai ritme pernapasan. Selain itu, fungsinya juga sama dengan alat yang mahal itu," ujar Agus.

Menurut Agus, ventilator merupakan peralatan canggih yang dirancang untuk membantu seseorang bernapas secara efektif.

Singkatnya, alat tersebut membantu memasukkan lebih banyak oksigen ke paru-paru dan mengeluarkan karbondioksida.

"Hal ini karena paru-paru terjalin dengan pembuluh darah, kemudian ventilator membantu terjadi proses masuknya oksigen ke aliran darah," tambah Agus.

Baca juga: Ventilator Pernapasan Pasien Covid-19 Buatan UNS Dirancang Khusus

M Arif Ali Hidayat mengungkapkan, hal paling sulit dalam proses pembuatan ventilator ini yaitu menyamakan ritme napas dengan ritme alat tersebut. Namun berkat keuletannya, persoalan itu telah teratasi.

"Saat ini masih apa adanya, namun secara prinsip kerja sudah oke. Ke depan akan kita tingkatkan untuk tampilan dengan casing yang bagus. Untuk hal paten dan lainnya dokter Agus akan melengkapinya," kata Arif.

Arif mengatakan, untuk pembuatan satu buah ventilator ala Banjarnegara ini hanya membutuhkan biaya tidak lebih dari Rp 5 juta.

"Kalau alat motoriknya memakai yang baru pun biayanya kemungkinan tidak sampai Rp 10 juta," ujar Arif.

Temuan tersebut juga mendapat apresiasi dari anggota DPR RI asal Banjarnegara, Lasmi Indaryani.

Ia mendorong temuan tersebut dapat dikembangkan dan diproduksi di Banjarnegara untuk aksi kemanusiaan.

"Itu bagus sekali, kita bisa patenkan menggunakan nama Banjarnegara. Saya sangat mengapresiasi, kreatif, hemat biaya dan bisa banyak membantu saudara kita yang membutuhkan," kata Lasmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com