MAUMERE, KOMPAS.com - M Maman, warga Desa Tuabao, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, NTT, diminta untuk melakukan karantina di sebuah kebun oleh pemerintah daerah dan setempat.
Warga khawatir Maman masih membawa virus corona, setelah pria ini keluar dari SCC Maumere, Jumat (24/4/2020).
Di SCC, Maman juga menjalankan karantina setelah pulang dari Samarinda, Kalimantan Timur.
Baca juga: ABK KM Lambelu dan Ibu Usai Melahirkan di Baubau Positif Corona
Di kebun, Maman tinggal di gubuk reyot beratap daun lontar. Tempat tidur beralaskan belahan bambu langsung tikar.
Di pondok reyot itu, ia hidup hanya mengandalkan pelita ketika malam.
Maman menceritakan, dia didatangi Camat Waiblama dan warga Desa Tuabao, Jumat (22/4/2020), atau setibanya di desa.
Maman kemudian diminta untuk melakukan karantina di kebun.
Awalnya Maman minta untuk dikarantina di rumah orangtuanya.
Namun, pemerintah desa tetap memintanya menjalani karantina di kebun karena khawatir pria ini terjangkit virus corona.
Lokasi kebun letaknya cukup jauh dari permukiman warga.
"Pagi saya tiba di desa. Pas tiba, langsung disuruh karantina mandiri di kebun. Di kebun ini, saya tinggal di pondok reyot. Tenda tidur saya pakai belahan bambu. Pondok reyot ini tidak ada listrik. Malam saya pakai pelita," ujar Maman kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (27/4/2020).
Maman menjelaskan, kondisi pondok tempat ia karantina sangat tidak layak dihuni.
Baca juga: 24 ABK KM Lambelu yang Positif Covid-19 Dirujuk ke Rumah Sakit Dadi Makassar
Lubang menganga di mana-mana, karena hanya ditutupi daun lontar. Di pondok itu juga tidak ada air minum untuk cuci tangan dan mandi.
Untuk makan, setiap hari warga mengantarkan makanan ke pondok itu.