Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2020, 11:26 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Bio Farma bekerja sama dengan BPPT, sejumlah kementerian, universitas, lembaga pendidikan, hingga startup mengembangkan test berbasis Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

RT-PCR buatan dalam negeri tersebut digunakan untuk mendeteksi Covid-19. Rencananya, sebanyak 4.000 kit diganostis yang dapat memeriksa 100.000 sampel akan diproduksi dalam dua pekan oleh Bio Farma.

“Metodenya dengan pemeriksaan dari sampel swab yang berasal dari pasien yang terduga terpapar oleh  Covid-19,” ujar Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (21/4/2020).

Honesti mengatakan, Bio Farma memiliki kapasitas produksi terpasang 15.000 test per hari. Untuk tahap awal, 50.000  test atau setara 2000 kit akan diproduksi Mei 2020.

Tak lama berselang, Bio Farma akan memenuhi kapasitas produksinya sebanyak 4.000  kit atau setara 100.000 test.

Baca juga: Ridwan Kamil: Pabrik Masker Standar WHO di Jabar Bisa Produksi 1 Juta Unit Per Hari

Tes Kit berbasis RT-PCR ini telah memenuhi Golden Standard dalam pemeriksaan Covid-19. Sekaligus penentuan penegakkan diagnosis status positif atau negatif dari sampel swab pasien yang diduga terpapar Covid-19.

Keterlibatan Bio Farma dalam produksi RT-PCR kit ini, tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Nomor 72 Tahun 2020 tentang Task Force dan Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 (TFRIC19).

“Keterlibatan kami khususnya dalam sub Group task force Rapid Test Diagnosis berbasis quantitative polymerase chain reaction (qPCR),” ungkap dia.

Untuk itu pihaknya akan menjalankan perannya sesuai dengan kompetensinya. Antara lain membuat kit diagnostik berbasis PCR, produksi dan packaging, quality control sekaligus validasinya serta registrasi untuk mendapatkam izin edarnya.

Bio Farma juga berperan aktif dalam distribusi kit ini ke seluruh fasilitas kesehatan rujukan pemerintah yang berada di seluruh pelosok Indonesia.

“Prototype akan kami terima dalam waktu dekat ini dari perusahaan startup asal Indonesia Nusantics,” imbuhnya.

Baca juga: Penyandang Disabilitas dan Warga Binaan Perempuan di Babel Produksi Ribuan Masker Gratis

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com