Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karangan Bunga Banjiri TPU Sewakul Pasca-penolakan Jenazah Perawat, Ketua RW: Pengingat agar Tidak Terulang

Kompas.com - 13/04/2020, 11:29 WIB
Dian Ade Permana,
Khairina

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Pasca-penolakan pemakaman jenazah perawat RSUP Kariadi, Nuria Kurniasih, makam Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, dibanjiri karangan bunga dari berbagai daerah.

Setidaknya, hingga Senin (13/4/2020) ada sekitar 50 karangan bunga yang berada di sekitar TPU tersebut.

Ketua RW 08 Sewakul, Daniel Sugito mengatakan, karangan bunga tersebut mulai ramai dipasang setelah kejadian penolakan pemakaman viral di media.

"Pagi ini saja masih ada karangan bunga yang datang, ada empat ini tadi," jelasnya saat dihubungi.

Baca juga: Ketua RT yang Tolak Pemakaman Perawat di Semarang: Saya Menangis, Istri Saya Juga Perawat, tapi...

Daniel yang juga sebagai ketua pengurus TPU tersebut menegaskan karangan bunga tersebut tidak akan dibersihkan dalam waktu dekat ini.

"Dibiarkan saja dulu di situ, biar orang yang lewat bisa membaca semua. Ini juga sebagai pengingat agar kejadian penolakan jenazah tidak terulang," ungkapnya.

Kiriman karangan bunga tersebut, lanjutnya, didominasi dari organisasi perawat dan relawan yang bersimpati dengan almarhum Nuria Kurniasih.

"Kebanyakan isi tulisan di karangan bunga tersebut berisi sindiran kepada warga yang menolak pemakaman. Kita semua kecewa dan prihatin dengan kejadian tersebut," jelas Daniel.

Dia menceritakan, keluarga almarhum Nuria Kurniasih sudah meminta izin kepada dirinya yang juga menjabat sebagai ketua TPU.

"Sudah diizinkan, kami juga mengajak pengurus makam mengajak penggali liang kubur," jelasnya.

Baca juga: Warga Sewakul Khawatir Tak Dapat Pelayanan Kesehatan Setelah Insiden Penolakan Pemakaman Perawat

Dia juga mengirim pesan kepada Ketua RT di RW 08 untuk menginformasikan adanya pemakaman tersebut.

Namun, tiba-tiba ada sekelompok orang menolak pemakaman tersebut. Alasannya, banyak mobil dan orang yang menggunakan alat pelindung diri (APD).

"Saya sudah menjelaskan jenazah ini punya hak yang sama untuk dimakamkan di sini. Apalagi ayah dan pakdenya juga dimakamkan di sini. Tapi perwakilan masyarakat ini tiba-tiba menolak," jelasnya.

Setelah diskusi, pihak keluarga almarhum memutuskan untuk memindah pemakaman ke komplek Bergota.

Banyaknya karangan bunga tersebut dijadikan tontonan warga. Salah satunya Imam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com