Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota DPR: Saat Wabah Corona, Desa Harus Diselamatkan

Kompas.com - 06/04/2020, 12:25 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengatakan, pada saat wabah Covid-19 mulai menggerogoti perekonomian di wilayah perkotaan, pemerintah sudah seharusnya melindungi desa agar tidak ikut terdampak.

Dedi mengatakan, dalam kondisi seperti sekarang ini, desa sudah sepantasnya menjadi tulang punggung negara.

Sebab, wilayah kota dalam pandemi Covid-19 seperti sekarang ini terancam lumpuh dalam segala sektor.

"Saya sudah berulang kali ngomong, tata ruang harus segera dibenahi. Kita harus sadar wilayah terisolasi itu penting. Kota sudah tidak bisa tertolong, desa harus diselamatkan, saya khawatir desa enggak selamat," kata Dedi saat lewat sambungan telepon, Senin (6/4/2020).

Baca juga: Ridwan Kamil Dukung MUI Buat Fatwa Haram Mudik di Tengah Wabah Corona

Lebih lanjut Dedi menjelaskan, untuk menyelamatkan desa, pemerintah harus segera melakukan revisi tata ruang.

"Desa penghasil sumber pangan, sumber air, tidak boleh diganggu lagi oleh pembangunan. Yang tinggal di Jakarta sawah di kampung tidak boleh dijual," tuturnya.

Dedi mengatakan, desa harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah saat ini agar mampu meningkatkan produktivitas pertanian.

Namun demikian, yang perlu dipastikan saat ini adalah warga yang tinggal di kota tidak pulang ke desa alias mudik.

"Harapannya jangan dulu balik ke desa karena kalau balik endemiknya berpindah dan harapannya mereka tetap di situ suplai jalan dari desa, suplai makanan, ikan, telur, terus tidak berhenti sampai selesai (pandemi) dan orang desa terus berproduksi," ucapnya.

Wabah corona, lanjut Dedi, jadi bahan pembelajaran Indonesia untuk mengembalikan tata ruang agar desa bisa meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.

Selain itu, Dedi mengingatkan agar desa tidak lagi memikirkan untuk mengejar ketertinggalan dan berharap menjadi seperti kota.

"Ketika di kota pabrik lumpuh oleh corona, sumber pangan jadi kesulitan. Padahal pangan adalah kebutuhan mendasar. Ke depan daerah produksi tidak boleh diganggu lagi, daerah sumber produksi yang memiliki implikasi bagi ketahanan pangan, ketahanan gizi masyarakat, enggak boleh diganggu harus tetap ada karena dalam dunia yang cepat berubah semua tidak ada jaminan," ucapnya.

Dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini, Dedi mengatakan Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan pangan impor dari luar negeri.

"Kalau semua negara kena corona, setiap negara pasti akan mempertahankan sumber pangannya untuk tidak dijual. Makanya saya bilang hati-hati, kalau corona menyebar ke desa, orang desa enggak bisa produksi sudahlah lewat. Segera ubah tata ruang supaya desa tetap jadi sumber produksi pangan," tegasnya.

Baca juga: Masyarakat yang Telanjur Mudik Diminta Isolasi Mandiri Selama 14 Hari

Memudahkan isolasi

Dedi menambahkan, Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki banyak desa terpencil justru memudahkan untuk menekan penyebaran penyakit.

"Karantina wilayah sudah tepat. Sebagai negara kepulauan, negara pedesaan sebetulnya sangat mudah dalam upaya pencegahan wabah corona. Tinggal pulaunya diisolasi, tidak boleh ada kapal yang datang. Yang lokasinya terpisah dengan hutan tinggal tutup perbatasan hutan. Tetapi orang desa tetap berproduksi pangan, sumber gizi masyarakat seperti daging ikan, telor harus terus berproduksi," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com