JEMBER, KOMPAS.com - Kampanye dengan model pencitraan yang dilakukan oleh calon kepala daerah dinilai sudah tidak lagi efektif.
Hal itu dikatakan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas usai menjadi pembicara dalam kegiatan vote festival yang diselenggarakan oleh KompasTV bersama KPU Jember dan LP2M Universitas Jember di Jember, Jawa Timur, Sabtu (7/3/2020).
Menurut Anas, era pencitraan bagi calon pemimpin sudah berakhir. Apalagi, bagi calon kepala daerah dari kalangan petahana.
Baca juga: Melihat Uji Coba Taxi Drone Berkapasitas 2 Orang Buatan Start Up
Masyarakat dinilai semakin cerdas untuk memiliki calon pemimpinnya.
“Yang saya rasakan, era pencitraan pemimpin berakhir, karena rakyat akan bisa mengkroscek apa yang kami kerjakan," kata Anas.
Dia mencontohkan, apabila dirinya mempromosikan pariwisata Banyuwangi dengan foto yang menarik dan bagus, namun kondisnya berbeda dengan yang asli, maka dirinya akan mendapat respons negatif.
“Kick back akan sakit pada saya,” ujar dia.
Baca juga: Datang ke Banyuwangi untuk Wisata Arsitektur, 35 Mahasiswa Hongkong Diperiksa Kesehatannya
Selain itu, bila ada pengaduan masyarakat tentang warga miskin, namun tidak segera ditangani, maka hal itu akan menjadi informasi viral di media sosial.
“Ini akan jadi masalah. Kroscek ini dilakukan di media sosial serba cepat, sehingga pelayanan juga harus serba cepat,” tutur dia.
Anas mengatakan, masyarakat sudah memiliki akses yang luas untuk memilih calonnya.
Semua data perkembangan suatu daerah bisa diakses melalui internet.
Anas menceritakan kesusahannya saat harus melawan petahana sebelum menjadi bupati.
Bahkan, dirinya harus tidur di kampung-kampung warga selama dua tahun untuk mengalahkan petahana.
“Karena untuk mengalahkan petahana tidak turun, tidak populer, tidak bisa,” ujar dia.