PANGKAL PINANG, KOMPAS.com - Aktivitas tambang timah konvensional atau tambang tradisional di Kepulauan Bangka Belitung (Babel) kembali merenggut korban jiwa.
Kali ini korban, AP (34) ditemukan tewas setelah tertimbun longsoran di lorong tambang yang digalinya bersama sejumlah pekerja lainnya.
"Korban tertimbun di kedalaman 4 meter dan saat ini telah berhasil dievakuasi," kata Kapolres Bangka Barat AKBP M Adenan kepada awak media, Kamis (5/3/2020).
Baca juga: Cerita Wali Kota Tasikmalaya Sanggup Beli Alat Pendeteksi Virus Corona, tapi Terganjal Izin
AP tewas di lokasi tambang timah miliknya sendiri di Dusun Rambat, Kecamatan Parittiga, Bangka Barat.
Proses evakuasi sempat terkendala, karena areal tambang berubah menjadi kubangan lumpur akibat diguyur hujan lebat.
Petugas akhirnya mengerahkan alat berat untuk menggali material longsoran.
Sebelumnya, penambang di lokasi ini berulang kali diberi peringatan oleh pihak berwajib.
Baca juga: Polisi Gerebek Rumah di Bandung yang Simpan 2 Karung Masker Daur Ulang
Namun, para penambang nekat melakukan aktivitasnya secara sembunyi, tanpa dilengkapi peralatan keamanan.
Tambang timah konvensional di Kepulauan Bangka Belitung tetap marak meskipun pemerintah berusaha menekan melalui razia dan pengetatan distribusi minyak.
Harga jual pasir timah yang mencapai Rp 100.000 per kilogram, ditambah terbatasnya lapangan kerja diduga menjadi penyebab para penambang rela bertaruh nyawa.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kepulauan Bangka Belitung Jessix Amundian mengatakan, AP merupakan korban jiwa yang ketiga sejak awal tahun.
"Kejadian pertama di Koba Bangka Tengah, kedua di Riau Silip Kabupaten Bangka, dan terakhir ini Jebus Bangka Barat," kata Jessix.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.