Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Babi yang Mati karena ASF di Kabupaten Belu, NTT Bertambah Jadi 753 Ekor

Kompas.com - 02/03/2020, 12:21 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

ATAMBUA, KOMPAS.com - Jumlah ternak babi yang mati milik warga di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) disebabkan flu babi Afrika (ASF) terus bertambah.

Pada pekan lalu, jumlah babi yang mati sebanyak 574 dan saat ini telah mencapai angka 753 ekor.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Belu, Nikolaus Umbu Birri mengatakan, ratusan babi yang mati itu tersebar di 12 kecamatan di wilayah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste.

"Sesuai hasil laboratorium yang kami kirim ke BBVet Medan, ada 20 sampel darah dari 48 yang dikirim terkena African Swine Fever atau demam babi Afrika," ujar Nikolau kepada Kompas.com, Senin (2/3/2020).

Baca juga: Jumlah Babi yang Mati di NTT Mencapai 1.341 Ekor

Saat ini pemerintah daerah setempat telah melakukan koordinasi lintas sektor dengan pihak TNI dan Kepolisian serta Karantina, untuk penangan ASF.

Sebelumnya diberitakan, 574 babi dari peternakan milik warga Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati akibat virus flu babi Afrika atau African swine and fever (ASF).

Bupati Belu Willy Lay mengaku telah melaporkan kejadian itu ke Kementerian Pertanian.

"Betul babi yang mati di Belu mencapai ratusan ekor, tapi data lengkapnya belum saya cek di Dinas Peternakan. Indikasi mati karena virus AFS," kata Willy saat dihubungi Kompas.com, Selasa (25/2/2020) sore.

Ratusan babi yang mati itu tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Rainhat dan Kota Atambua.

Untuk mengantisipasi penyebaran virus AFS, Pemerintah Kabupaten Belu telah mengisolasi lokasi terdampak paling parah.

Baca juga: 221 Babi Mati Mendadak di Kota Kupang, Penyebabnya Masih Misteri

Pemerintah Kabupaten Belu belum memilliki vaksin yang bisa mencegah penyebaran virus tersebut.

Willy pun mengimbau kepada warga berada persis di perbatasan Indonesia dan Timor Leste, agar selalu waspada dengan penyebaran virus tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com