Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masuk Kategori Miskin, Gubernur Maluku Sindir Kepala Daerah Selalu Minta Raskin

Kompas.com - 25/02/2020, 19:34 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Gubernur Maluku Murad Ismail mengungkap salah satu alasan daerah yang dipimpinnya itu masih disebut sebagai provinsi termiskin di Indonesia.

Menurut Murad, label provinsi termiskin itu dipasang karena kebijakan pemerintah kabupaten dan kota di Maluku.

“Yang bikin tingkat kemiskinan tinggi itu bupati atau wali kota, begitu minta beras raskin diperbanyak beras raskinnya,” kata Murad di Ambon, Selasa (25/2/2020).

Baca juga: Curhat Siswa yang Dihukum Makan Kotoran: Setelah Makan, Kami Hanya Bisa Menangis

Murad mengakui, permintaan beras miskin (raskin) di Maluku sangat tinggi. Hal itu membuat pemerintah pusat menilai Maluku masih miskin.

“Jadi orang menilai, pemerintah pusat menilai orang miskin itu tergantung dari beras raskin padahal Maluku ini tidak miskin-miskin amat,” kata dia.

Pengajuan raskin itu tak cuma dilakukan wali kota dan bupati, tapi juga camat. Para camat, kata Murad, selalu melaporkan kebutuhan raskin kepada kepala daerah.

Raskin, kata dia, tak cuma dikonsumsi masyarakat tak mampu, tapi juga orang kaya.

Sehingga, muncul persepsi masyarakat Maluku sangat ketergantungan dengan raskin.

“Nah ini gara-gara camat lapor bupati, desa lapor bupati, beras raskin harus dapat sekian-sekian jadi orang yang kaya pun makan beras raskin ini kan berdosa namanya,” ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Provinsi Maluku menjadi provinsi termiskin nomor 4 di Indonesia setelah Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Murad berharap masalah kemiskinan dapat diselesaikan dengan alokasi dana desa yang jumlahnya mencapai Rp 4 triliun untuk Maluku.

Baca juga: Landasan Pacu Bandara Bandanaira Batal Diperpanjang, Pulau Banda akan Punya Bandara Baru

“Masa sampai sekarang ini kita punya tingkat kemiskinan masih tinggi padahal dana desa itu harusnya sudah bisa digunakan dengan baik,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com