Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pelajar Pedalaman Flores, Bertaruh Nyawa Menyeberangi Sungai

Kompas.com - 20/02/2020, 09:45 WIB
Nansianus Taris,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMP) satu atap Reca, asal Desa Compang Weluk, mesti bertaruh nyawa di sungai setiap kali pergi ke sekolah. 

Sekolah mereka berada di Desa Bangka Arus, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur, NTT. 

Setiap hari, siswa-siswi dari Desa Compang Weluk harus melewati Kali Wae Rina yang berada di antara 2 desa itu. 

Di kali itu, tidak ada jembatan yang menghubungkan transportasi antardesa tersebut.

Setiap musim hujan, para pelajar ini terpaksa harus menyeberangi arus Kali Wae Rina. 

Baca juga: Gelombang Pasang Terjang 4 Desa di Flores

"Sekarang musim hujan, kami harus bertaruh nyawa di kali ini. Mau tidak mau harus bisa nyeberang. Karena memang tidak ada pilihan lain. Kami harus nyeberang Kali Wae Rina saat pergi dan pulang sekolah," ungkap Armin, salah satu siswa SMP Satap Reca asal Desa Compang Weluk, kepada Kompas.com, di lokasi, Selasa (18/2/2020).

Amrin menceritakan, saat musim hujan, arus Kali Wae Rina sangat besar dan deras. Kondisi itu terkadang mengancam nyawa ia dan teman-temannya. 

Amrin menyebut, pagi hari airnya agak surut. Tetapi, saat siang waktu pulang sekolah, arus air kembali besar karena hujan deras.

"Pas pulang sekolah ini air sangat deras. Air kali sampai dada. Kami kalau mau nyeberang itu mesti buka baju seragam. Kami nyeberang dengan cara baku pegang tegang. Itu pun penuh hati-hati. Air kali begitu deras. Tambah lagi batu banyak yang licin," cerita Amrin.

Amrin mengungkapkan, ia dan teman-temannya membuat jembatan darurat dari bambu agar bisa nyeberang saat pergi dan pulang sekolah.

Jembatan itu dihubungkan di atas pohon sebelah selatan dan utara kali. 

Foto : Siswa-siswi SMP Satap Reca, asal Desa Compang Weluk, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, NTT melawan derasnya arus kali Wae Rina, Selasa (18/2/2020).KOMPAS.COM/NANSIANUS TARIS Foto : Siswa-siswi SMP Satap Reca, asal Desa Compang Weluk, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur, NTT melawan derasnya arus kali Wae Rina, Selasa (18/2/2020).

Namun, jembatan darurat itu jarang dilalui. Karena, bambunya licin dan takut jatuh.

"Kami lebih memilih langsung nyeberang di kali. Kalau di atas jembatan, kami takut jatuh," ungkap Amrin. 

Amrin menuturkan, meski setiap hari harus menyeberangi kali besar, ia dan teman-temannya tetap semangat pergi ke sekolah. 

Perjuangan melawan arus Kali Wae Rina itu menjadi dorongan tersendiri untuk rajin ke sekolah dan belajar agar bisa meraih cita-cita. 

Baca juga: Masih Aktif, Bom Diduga Sisa PD II yang Ditemukan di NTT Dievakuasi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com