Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Pemkot Surabaya Tekan Angka Stunting, Target Turun 50 Persen

Kompas.com - 12/02/2020, 17:59 WIB
Ghinan Salman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Surabaya menargetkan jumlah anak penderita stunting bisa berkurang 50 persen pada tahun 2020.

Merujuk data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, pada 2018 ada 16.000 anak di Surabaya menderita stunting.

Tahun 2019, jumlah tersebut menurun hingga mencapai 15.000 anak.

Salah satu cara Pemkot Surabaya menekan angka penderita stunting adalah dengan menggelar kegiatan Timbang Serentak di posyandu se-Surabaya, Rabu (12/2/2020).

Baca juga: Tanaman Kelor Jadi Solusi Gubernur NTT Tekan Kasus Stunting

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, kegiatan ini diselenggarakan di 2.776 posyandu dan diikuti sekitar 181 balita Surabaya.

Di sisi lain, kegiatan ini, menurut Febria, juga sebagai salah satu bentuk pemantauan status gizi dari seluruh balita melalui posyandu.

Selain itu, melalui kegiatan ini pihhaknya dapat melakukan deteksi dini pencegahan stunting untuk balita yang membutuhkan gizi tambahan agar dapat diintervensi oleh Pemkot Surabaya.

"Itu yang akan kami intervensi. Supaya tidak ada gizi buruk dan mencegah stunting yang terjadi pada balita atau statusnya berada di bawah garis merah," kata Febria, saat dikonfirmasi, Rabu.

Selama kegiatan berlangsung, balita akan ditimbang dan diberikan vitamin A.

Sementara itu, bagi orangtuanya dapat mengikuti demo tentang kesehatan ibu dan anak, salah satu yang paling sederhana adalah pentingnya mencuci tangan.

"Karena kan cuci tangan itu masih dianggap hal yang sepele. Padahal, di situlah awal timbulnya penyakit," ujar Feny, sapaan akrab Febria Rachmanita.

Setelah dilakukan timbang dan tinggi badan, lanjut Feny, anak-anak akan diberikan pemberian makanan tambahan (PMT).

PMT tersebut khusus diberikan bagi mereka yang membutuhkan gizi tambahan.

Semua itu disesuaikan dengan status gizi dari masing-masing balita.

"Kami juga memberikan intervensi berupa pendampingan dari dokter spesialis gizi balita dan dokter spesialis anak," tutur dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com