Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hampir Seminggu Kebanjiran, Puluhan Warga di Jombang Mengeluh Gatal-gatal

Kompas.com - 07/02/2020, 17:12 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Puluhan korban banjir di Desa Jombok dan Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, mulai mengeluh gatal dan pilek.

Banjir masih merendam Dusun Beluk, Desa Jombok dan Dusun Kedondong, Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, sejak Minggu (2/2/2020).

Ketinggian air di dua desa bertetangga itu mencapai 20 sentimeter.

Koordinator P3K Puskesmas Blimbing Kesamben, Prajitno mengatakan, puluhan warga di wilayah terdampak banjir itu telah mendatangi posko kesehatan yang dibuka di dua titik, sejak Selasa (4/2/2020).

"Warga yang mengeluhkan gatal-gatal ada 39 orang, batuk pilek 17 orang, dan yang pegal-pegal 14 orang," kata Prajitno saat ditemui di Posko Kesehatan korban banjir di Desa Jombok, Jumat (7/2/2020).

Baca juga: Sungai Meluap, 200 Rumah di Kalsel, Terendam Banjir

Selain itu, satu warga terkena diare, tujuh warga mengalami hipertensi, dan tiga warga mengeluhkan masalah lambung.

"Untuk obat-obatan kita berikan gratis, dari puskesmas. Untuk tim kesehatan, kita siagakan dua tim yang bertugas pagi dan sore," tambah Prajitno.

Kepala Dusun Beluk, Desa Jombok, Sustiyo Budiyanto mengatakan, banjir yang melanda dua dusun yang bertetangga itu disebabkan luapan Sungai Avur Watudakon.

Menurutnya, langkah normalisasi sungai dari hulu hingga hilir perlu dilakukan untuk menanggulangi banjir.

Sungai Avur Watudakon melintasi Desa Jombok dan Blimbing, Kecamatan Kesamben dan berlanjut ke Desa Tempuran Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto.

Baca juga: Virus Corona Infeksi 61 Orang di Kapal Pesiar di Lepas Pantai Jepang

Di Desa Tempuran, Kabupaten Mojokerto, aliran sungai itu bertemu dengan aliran sungai Penewon, sebelum akhirnya mencapai Sipon sebagai hilir dari Sungai Avur Watudakon.

"Pemerintah yang berwenang perlu memprioritaskan penanganan sungai itu. Begitu banjir surut, sungai harus segera dinormalisasi," kata Sustiyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com