Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walhi Tolak Pembangunan Kereta Gantung di Gunung Rinjani, Ini Alasannya

Kompas.com - 27/01/2020, 22:08 WIB
Karnia Septia,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Rencana pembangunan kereta gantung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani ditentang kalangan aktivis lingkungan. 

Direktur Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nusa Tenggara Barat (NTB) Murdani menyatakan menolak rencana pembangunan kereta gantung di kawasan Rinjani.

Pembangunan kereta gantung dinilai akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang lebih parah.

Baca juga: Tidak Perlu Capek Mendaki, Akan Ada Kereta Gantung di Rinjani

Menurut Walhi, Gunung Rinjani sebagai sumber kehidupan masyarakat Pulau Lombok harus terus dijaga kelestarian alamnya.

Walhi menilai, saat ini kawasan Rinjani sedang mengalami kerusakan yang sangat parah karena perambahan hutan, penebangan liar, hingga alih fungsi lahan.

Perusakan itu setiap tahun berakibat pada munculnya berbagai bencana seperti banjir bandang dan kekeringan.

"Proyek pembangunan kereta gantung di sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani ini akan memberi dampak perusakan lingkungan, karena jelas akan terjadi perubahan bentang alam yang signifikan. Apalagi luasan areal yang akan diminta izinnya lebih dari 500 hektare," kata Murdani dalam keterangan tertulis, Senin (27/1/2020).

Baca juga: Pemprov Jatim Matangkan Rencana Bangun Kereta Gantung di Gunung Bromo

Menurut Murdani, proyek pembangunan kereta gantung di Gunung Rinjani, melalui Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batu Kliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, terkesan tergesa-gesa.

Sebab, sampai saat ini belum ada studi kelayakan dan analisi dampak lingkungan.

Sementara, pembangunan rencananya akan dilakukan pada Mei 2020.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com