Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Pekan Tak Hujan, Lahan Padi di Jember Retak karena Kekeringan

Kompas.com - 21/01/2020, 08:32 WIB
Bagus Supriadi,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com – Lahan tanaman padi milik Didik Rudi Hartono, warga Dusun Sumberdandang, Desa Kertosari, Kecamatan Pakusari, Jember, Jawa Timur, mengalami retak karena kekurangan air.

Tanamannya terancam rusak dan gagal panen. Selain itu, biaya perawatan juga ikut meningkat.

Didik menanam padi pada awal Januari 2020 lalu, karena sudah memasuki musim hujan.

Namun, sudah sekitar dua pekan tak pernah turun hujan di Kabupaten Jember.

“Akibatnya, sawah kami yang ditanami padi sekitar 2 hektar kekeringan,” kata Didik kepada Kompas.com di lokasi sawahnya, Senin (20/1/2020).

Baca juga: Mahasiswa Jember Tewas Membusuk di Kamar Kos, Sempat Telepon Ibu

Awalnya, Didik memprediksi hujan bakal sering turun, karena sudah memasuki musim hujan.

Sayangnya, prediksi tersebut tidak tepat.

“Kami harus kerja dua kali, mengaliri sawah dengan mempekerjakan orang lagi,” tutur Didik.

Kekeringan lahan padi tersebut juga dirasakan oleh sejumlah petani di kawasan Jember Utara, barat dan Selatan.

“Sebenarnya kami menghadapi musim hujan, namun terasa musim kemarau. Akibatnya sawah yang harus tercukupi air, mengalami kekeringan sekitar ratusan hektar,” kata Jumantoro, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember.

Baca juga: Ragukan Hak Angket, Komunikasi DPRD dan Bupati Jember Semakin Buntu

Dia menilai, cuaca yang tidak menentu ini membuat lahan tanaman padi terancam rusak.

Sekitar 70 persen lahan tanaman padi di Jember mengalami kekurangan air.

“Banyak petani yang seharusnya tanam, akhirnya tidak bisa tanam. Yang sudah tanam, sawahnya retak-retak,” kata Jumantoro.

Petani kemudian mengatasi kekurangan air tersebut dengan menggunakan pompa hingga sumur bor.

Para petani terpaksa harus mengeluarkan biaya lagi.

“Dampaknya akan terjadi penurunan produksi 20 hingga 30 persen,” kata Jumantoro.

Dia menilai, kejadian ini menjadi pelajaran bagi petani agar memilah benih yang tahan terhadap kekurangan air.

Apabila dalam dua pekan lagi tidak turun hujan, tanaman padi tersebut bakal rusak dan petani harus menanam ulang.

“Kami monitoring hingga Kecamatan Puger, yang tidak punya mesin pompa air, akhirnya tidak bisa berbuat banyak,” kata Jumantoro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com