Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Tercemar, Ribuan Ikan di KTH PLTA Timo Kabupaten Semarang Mati

Kompas.com - 31/12/2019, 15:02 WIB
Dian Ade Permana,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Ribuan ikan yang berada di Kolam Tandu Harian (KTH) PLTA Timo, Jelok, Desa Tlompakan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, mati.

Kematian ribuan ikan yang diperkirakan sebera 2,5 ton itu diduga karena air yang tercemar. 

Pengelola pemancingan KTH PLTA Timo, Tamin mengatakan, sumber air untuk kolam tersebut berasal dari Rawa Pening.

"Kemungkinan tercemar dari air Rawa Pening, karena ikan di rawa juga banyak yang mati," ujar Tamin, saat dihubungi, Selasa (31/12/2019).

Baca juga: Sungai Bengawan Solo di Gresik Juga Tercemar, Warnanya Kehitaman

Tamin mengatakan, jenis ikan yang ada di KTH PLTA adalah patin, nila, graskap, blaster, carter dan talas.

Terbanyak yang mati adalah ikan jenis talas. Sejak pertama pencemaran, sekitar 2,5 ton yang mati.

Menurutnya, salah satu penyebab air tercemar karena kemarau panjang sehingga debit air di Rawa Pening menurun.

Selain itu, adanya endapan pestisida dan eceng gondok memengaruhi kondisi air yang terbawa hujan hingga masuk ke kolam.

"Air di kolam ini memang tergantung pada Rawa Pening, terutama untuk menggerakan turbin di PLTA," ungkapnya.

Luas kolam tandu skitar 2,5 hektar dengan kedalaman 6 meter.

Ini bukan kejadian pertama, tetapi ini yang paling parah sehingga menyebabkan kerugian. Karena kolam ini juga dimanfaatkan untuk pemancingan umum.

Karena ikan mati, maka pemancingan pun terpaksa ditutup.

"Setiap hari setidaknya ada 10 sampai 15 pemancing dengan biaya Rp 150.000 per hari. Namun, ini kita tutup karena ikan mati," ujar Tamin.

Baca juga: Bengawan Solo Tercemar, Air PDAM yang Sempat Terimbas Berangsur Kembali Normal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com