Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dita Tampung Ratusan Kucing Telantar, Dicibir hingga Rela Rogoh Kocek Sendiri

Kompas.com - 18/12/2019, 05:55 WIB
Afdhalul Ikhsan,
Khairina

Tim Redaksi

KABUPATEN BOGOR, KOMPAS.com - Rumah Kucing Parung, Bogor kini mulai banyak diperbincangkan sebagai tempat penampungan kucing terlantar atau yang ditinggal pemiliknya karena tak sanggup merawat.

Di balik itu semua ada jerih payah dan keringat dalam membuka penampungan atau shelter kucing yang sarat edukasi ini.

Kompas.com mendatangi rumah ibu dengan 250 kucing yang ada di Jalan Pasir Naga, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Kemang Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

"Silahkan masuk, Mas," sahut pemilik rumah, Dita Agusta (45) didampingi suaminya, Moh Luthfi (51).

Baca juga: Viral Kucing Disiksa dengan Digantung di Bali, Pengunggah Foto Dipolisikan

Sejumlah kucing pun lantas menghampiri dan suara meong terdengar bersahutan tanda menyambut orang asing.

Kondisi di rumah itu benar-benar berbeda, cat dinding warna kuning, bersih, jauh dari kata bau. Kucing-kucing itu bebas berkeliaran keluar masuk kamar.

Kucing lokal dan ras yang biasa terlihat di jalanan kini hidup berdampingan dalam satu atap dengan keluarga Dita.

Sedangkan alat perawatan juga cukup lengkap, seperti kandang, wadah makan, pasir untuk pup, obat P3K, pakan kucing, sampo serta scratcher atau tempat buat menggaruk kuku.

Maklum, ada 5 pekerja yang membersihkan rumah dan merawat semua kucing-kucing itu.

Kelima pekerja diberi upah oleh Dita, termasuk anaknya sendiri yang ia pekerjakan.

Sementara itu, di salah satu dinding terpajang puluhan medali yang diperoleh dari ajang lomba Pet Expo.

Bahkan ada juga penghargaan hasil mengisi seminar tentang cara merawat kucing.

Lanjut, di halaman belakang, tampak sejumlah pekerja tengah sibuk memberi makan dan membersihkan seluruh kandang.

Di halaman yang cukup luas itu juga terdapat papan kayu tempat tidur dan bermain untuk kucing.

Dita dan suaminya berencana memperluas halaman belakang berkat tanah yang dihibahkan oleh seorang dermawan.

Nantinya, kata Dita, tanah itu akan dijadikan tempat pemakaman kucing yang mati karena umur dan penyakit.

"Nyawa ya mereka membawa diri masing-masing tergantung kekuatan daya tahan tubuhnya, jadi normal usia biasanya 20 tahun paling lama dan ada kucing di sini bertahan 17 tahun itu mati karena tua," ucapnya.

Selain itu, jumlah kucing yang terus bertambah sedangkan untuk biaya makan dan perawatan lumayan cukup besar.

Sehingga, sebut Dita, dalam sehari ia harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 1 juta.

Untuk merawat semua kucing tersebut, suami Dita, Luthfi mau tak mau harus membuka usaha kecil-kecilan berupa kolam ikan lele di halaman belakang.

Baca juga: 6 Masalah Kesehatan yang Kerap Dialami Kucing

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com