PALEMBANG, KOMPAS.com- Dua petani di kopi di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan tewas dalam insiden konflik harimau dan manusia di tanah Besemah tersebut.
Keduanya adalah Kuswanto (57) petani kopi di Kabupaten Lahat yang ditemukan tewas pada Senin (2/12/2019) dan Yudiansah Harianto (40) pada Kamis, (5/12/2019).
Lokasi tewasnya kedua korban itu pun berada di satu wilayah, yakni di Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam.
Baca juga: Antisipasi Serangan Harimau, Warga Diimbau Pakai Topi Terbalik
Banyak spekulasi yang muncul terkait turunnya harimau tersebut ke pemukiman warga.
Dugaan pertama adalah adanya indikasi perburuan harimau dan dugaan kedua, rusaknya habitat raja hutan itu hingga membuat mereka keluar dari kawasan hutan lindung.
Lahan petani masuk hutan lindung
Kepala BKSDA Sumsel Genman Suhefti Hasibuan mengatakan, dari laporan yang mereka terima, lokasi tewasnya Yudiansah Harianto (40), tak jauh dari kejadian pertama yang dialami oleh Marta Rolani (24) pada Senin (2/12/2019) kemarin di Kelurahan Penjalang, Kecamatan Dempo Selatan.
"Lokasi TKP berada di dalam kawasan hutan lindung dan menurut keterangan yang kami terima, TKP tersebut berada di sekitar TKP beberapa hari lalu," kata Genman, Kamis (5/12/2019).
Baca juga: Teror Harimau di Pagaralam Kembali Makan Korban, Ini Penjelasan BKSDA
Genman menerangkan, mereka sebelumnya telah mengimbau warga untuk tidak beraktivitas di kebun.
Sebab, lokasi tersebut merupakan kawasan hutan lindung dan merupakan habitat harimau sumatera.
"Korban kemungkinan menggarap di dalam hutan lindung, padahal Muspida Pagaralam beberapa hari lalu sudah mengimbau agar menghentikan aktivitas di dalam Kawasan hutan lindung yang dapat mengganngu keberdaan harimau,"ujar Genman.
Diduga ada pencurian anak harimau
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah II Lahat, Sumatera Selatan menduga,munculnya harimau yang ada di kota Pagaralam diduga berasal dari dua kantong harimau.
Kantong pertama yakni berada di Bukit Dingin yang memiliki luasan lahan 63 ribu hektare dan kantong kedua di daerah Jambul Patah Nanti, seluas 282 ribu hektare yang membentang dari Kabupaten Lahat-Kota Pagaralam dan Kabupaten Muara Enim.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Lahat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan Martialis Puspito mengatakan, dari tiga kejadian yang menimbulkan satu korban jiwa, mereka mendapatkan beberapa dugaan turunnya raja hutan itu dari gunung.