Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup Telantar di Malaysia, Mildah dan 5 Anaknya Dijemput Sekda Sumut

Kompas.com - 04/12/2019, 15:24 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Mildah Situmorang bersama lima anaknya tiba di Bandara Internasional Kualanamu pada Selasa (3/12/2019) malam.

Kepala Disdukcapil Sumut Ismael P Sinaga, Kepala Dinas Sosial Sumut Rajali, petugas Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Sumut, imigrasi, perwakilan Pemkab Tebingtinggi dan Serdangbedagai menyambutnya. 

Perempuan 45 tahun ini berhasil pulang setelah dijemput Sekretaris Daerah Provinsi Sumut R Sabrina bersama Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Sumut Nurlela serta Kepala Bagian Humas Setdaprov Sumut M Ikhsan.

Baca juga: Lagi 2 TKI Ilegal asal NTT Meninggal di Malaysia

 

Sabrina menjadi ketua tim pemulangan yang dibentuk Pemerintah Provinsi Sumut atas perintah Gubernur Sumut Edy Rahmayadi.

"Mildah masih bingung, mungkin butuh waktu untuk menceritakan apa yang dialaminya selama di Malaysia. Tapi, alhamdulillah, kondisinya sehat," kata Sabrina, Rabu (4/12/2019).

Proses pemulangan berjalan lancar. Pemerintah Provinsi Sumut dibantu Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Malaysia, melengkapi semua dokumen, membuatkan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP), sampai melepas kepulangan.

Tim membawa pulang via darat dari Kuching ke Pontianak, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pesawat ke Sumut.

"Sekarang yang perlu kita pikirkan bersama adalah kelangsungan hidup saudara kita ini. Karena katanya, dia tidak punya siapa-siapa di Medan ini. Jangan pula kita bawa pulang setelah itu dibiarkan," tutur Sabrina.

Untuk sementara, Mildah dan anak-anaknya akan tinggal di shelter milik BP3TKI di Medan.

Dinsos akan memfasilitasi penyediaan psikolog untuk Mildah, sedangkan Disdukcapil akan melakukan perekaman data. Lalu Pemkab Tebingtinggi akan mencari tahu pihak keluarga, soalnya Mildah mengaku pernah tinggal dan menempuh pendidikan di Tebingtinggi.

"Sekolah anak-anaknya juga akan kita pikirkan. Mildah berharap anak-anaknya sekolah di pesantren. Nanti kita carikan yayasan piatu karena ibunya tidak punya pekerjaan. Masih kita pikirkan dulu, mereka tenang dulu di shelter, selanjutnya kita proses," ucapnya.

Kadisdukcapil Sumut Ismael P Sinaga menambahkan, pihaknya akan membawa tim ke shelter untuk melengkapi dokumen kependudukan Mildah.

Selain merupakan hak mereka, dengan memiliki identitas akan memudahkan mereka memperoleh akses pelayanan publik, untuk kesehatan, sekolah, dan lainnya

"Saya membawa Disdukcapil Tebingtinggi dan Serdangbedagai karena menurut cerita yang kami dengar, tempat dia pernah tinggal dulu di sekitar perbatasan Tebingtinggi dan Sergai. Kedua pemda mencari tahu nanti," katanya.

Sebelumnya, Mildah dievakuasi staf KJRI ke penampungan sementara. Dia ditemukan hidup susah dan terlantar di sebuah pondok di hutan Batusembilan, Bintulu, Malaysia.

KJRI di Kuching Yonny Tri Prayitno menyampaikan, awalnya ada warga yang melihat Mildah selalu keluar-masuk hutan membawa sayuran untuk dijual. 

Baca juga: Soal TKI Ilegal, Gubernur NTT: Kalau Sukses Syukur, jika Tewas Dikubur

Penasaran, dia mengikuti dan mendapati Mildah bersama ke lima anak dan suaminya, Erwin asal Makassar (saat itu kondisinya sedang sakit), hidup dalam kondisi memprihatinkan. Tiga bulan lalu, sang suami meninggal dunia. Kelima anak Mildah adalah Diana (9), Akbar (6), Murni (5), Linda (4) dan Puteri (2).

 "Berkat laporan wargalah KJRI melakukan evakuasi. Mildah bekerja di Kuching sejak 1974," kata Yonny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com