Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan Impor, Indonesia Produksi Sendiri Mesin QR-EDC

Kompas.com - 27/11/2019, 15:40 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Untuk pertama kalinya, Indonesia memproduksi mesin QR-EDC. Mesin ini diklaim menjadi yang pertama di dunia dalam penggunaan teknologi dual screen.

“Tingkat Kompenen Dalam Negeri (TKDN) produk ini di atas 40 persen. Ini tentunya sangat membantu pengurangan impor,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih di Bandung, Rabu (27/11/2019).

Gati mengatakan, harganya pun terjangkau sekitar Rp 1 juta. Berbeda dengan harga impor yang sedikitnya harus merogoh kocek 200 dollar AS.

“Mesinnya dinamakan TSM QR-EDC. Ini merupakan mesin EDC pertama di dunia yang memiliki teknologi dual screen yang berguna untuk menampilkan menu aplikasi dan kode QR pembayaran, disertai dengan dua kamera depan untuk memindai kode QR dari pelanggan,” tuturnya.

Baca juga: Ridwan Kamil Sebut Proyek Tol Bandung-Cilacap Sudah Dijanjikan Presiden

Perangkat ini merupakan hasil rancangan dan pengembangan TSM bekerjasama dengan PT Hana Master Jaya.

Arah pengembangan teknologi dalam mesin QR-EDC ini berdasarkan analisa mendalam mengenai kebutuhan dan tren dunia pembayaran digital yang akan beranjak dari cash/card-based menjadi cash/card-less.

Hadapi revolusi industri 4.0

Hal tersebut tentunya akan membantu IKM. Apalagi ke depan, segala jenis pembayaran akan semakin cash less.

“Di tengah masa revolusi industri 4.0 yang merupakan era digitalisasi, IKM dan UMKM yang jumlahnya 99 persen dari total jumlah usaha di Indonesia ini harus mendapat stimulant dan perhatian khusus untuk dapat bersaing dan mengembangkan usahanya,” tuturnya.

Teknologi ini diharapkan dapat membantu mendigitalisasi sistem transaksi UMKM di Indonesia.

Tentunya ini juga peluang untuk mempermudah proses transaksi bagi para IKM di daerah wisata yang sering dikunjungi wisatawan maupun yang berada di wilayah sentra sentra industri kecil.

CEO PT Tata Sarana Mandiri, Yovita Bellina Lim mengatakan, penggunaan komponen lokal dalam mesin ini masih di angka 40 persen.

Hal ini karena ada sejumlah komponen elektronik yang harus diimpor. Untuk itu ia berharap pemerintah memberikan hanyak kemudahan agar investor bisa mengembangkan komponen elektronik itu di Indonesia.

“Kalau bicara target, kami menyasar 60 juta-65 juta UMKM yang ada di Indonesia,” pungkasnya.

Baca juga: Bunga Bangkai Tumbuh di Pemukiman Padat Penduduk Kota Bandung

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com